Desember 2014 - Geograph88
Saatnya Pendidikan Mitigasi Bencana Lintas Sektoral: Efek Longsor Banjarnegara

Saatnya Pendidikan Mitigasi Bencana Lintas Sektoral: Efek Longsor Banjarnegara

Bencana geologi berupa tanah longsor (landslide) kembali melanda bumi pertiwi ini.

Kali ini giliran Banjarnegara tepatnya di Dusun Jemblung, Desa Sampang Karangkobar yang dilanda longsor dahsyat dan mengakibatkan korban jiwa sampai ratusan. 

Hingga saat ini baru sebagian korban yang berhasil dievakuasi dan sisanya masih tertimbun material tanah longsor. 

Kalau dikaji melalui pendekatan geografi maka menurut saya longsor di Banjarnegra kemarin merupakan kombinasi antara faktor keruangan dengan faktor ekologis. 

Dari sisi keruangan daerah Dusun Jemblung merupakan wilayah dengan morfologi bukit-bukit dengan kemiringan yang curam mencapai 60 derajat dan curah hujan yang tergolong tinggi. Selain itu struktur tanah yang bersifat lempung dan kurang kompak. 

Dari sisi keruangan saja dapat disimpulkan wilayah tersebut rawan bencana longsor. Dari sisi ekologi, aktivitas masyarakat yang banyak bertani dan mendirikan bangunan di lereng yang curam dengan tekstur tanah lunak tentunya akan menambah persentase timbulnya bencana ketika musim hujan. 

Kombinasi kedua faktor itulah yang akhirnya menyebabkan terjadinya longsor besar pada minggu kemarin.

Jumlah korban jiwa akibat longsor di Banjarnegara terbilang sangat besar dan melebihi dari korban akibat erupsi Merapi atau Sinabung. 

Longsor merupakan sebuah bencana geologi yang bersifat tiba-tiba, tanpa peringatan dan bisa terjadi di mana saja. Dari kejadian ini Indonesia harus berkaca lagi mengenai pentingnya pendidikan mitigasi bencana lintas sektoral. 

Setiap masyarakat di Indonesia harus memiliki kecakapan spasial yang baik agar mampu mengenali da memprediksi apa yang akan terjadi di wilayah tersebut. 

Daerah Banjarnegara merupakan daerah dengan kenampakan fisik bukit dan pegunungan dengan curah hujan yang tergolong tinggi di Indonesia. 

Oleh sebab itu kerentanan bencana geologi berupa longsor tentu akan sangat tinggi. Masyarakat setempat perlu memahami akan struktur keruangan wilayahnya masing-masing agar dapat meminimalisir korban jiwa.

Indonesia memang terkenal dengan Ring of Fire nya yang mengakibatkan banyak terjadi bencana erupsi namun mungkin karena telalu silau dengan gunung api maka jenis bencana geologi yang satu ini agak terpinggirkan namun justru berpotensi lebih banyak memakan korban jiwa. 

Revolusi pendidikan mitigasi bencana harus digalakan di Indonesia hingga lintas sektoral. Setiap desa di Indonesia harus memiliki data informasi spasial dan peta kerentanan bencana masing-masing agar nanti masyarakat mengetahui dengan jelas kondisi wilayahnya. 

Pendidikan mitigasi harus dimulai dari keluarga kemudian sekolah dan lingkungan sekitar. Geografi sebagai salah satu disiplin ilmu tentang keruangan bumi berkewajiban dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya mitigasi bencana. 

Memang dalam KTSP tidak dicantumkan adanya materi mitigasi bencana sedangkan di dalam Kurikulum 2013 ada. Terus bagaimana?kan kurikulum pendidikan dikembalikan ke KTSP?.

Perlu disadari kembali oleh para pendidik bahwa KTSP memberikan kebebasan kepada guru untuk mengembangkan materi dalam Silabus sesuai SK/KD masing-masing. Jadi tidak ada alasan materi mitigasi bencana tidak dapat dimasukan dalam materi pelajaran. 

Jadi tidak ada yang salah dengan kurikulum yang salah adalah guru yang tidak berkreasi dengan dalam penyampaian materi. 

Di KTSP ada KD tentang litosfer, atmosfer hiosfer dan tentunya materi mitigasi bencana bisa disisipkan di dalam setiap materi tersebut sesuai dengan inovasi guru masing-masing.


Longsor di Banjarnegara
Gambar;disini
Perbedaan Rumus GDP dan GNP

Perbedaan Rumus GDP dan GNP

Pernahkah kalian mendengar istilah GDP atau GNP?. GDP merupakan singkatan dari Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto).

Sedangkan GNP adalah Gross National Product (Produk Domestik Netto). Kedua konsep istilah tersebut berkaitan dengan kondisi pendapatan ekonomi suatu negara. 

GDP adalah total perkiraan nilai mata uang/peredaran barang dan jasa suatu negara dalam satu tahun termasuk di dalamnya meliputi sektor jasa, penelitian dan pengembangan. Baca juga: Bentuk globalisasi modern

GDP dalam arti luas berarti semua jumlah total produksi industri, pekerjaan, penjualan, bisnis dan sektor jasa suatu negara. 

GDP biasa dikalkulasikan dalam periode satu tahun namun dapat digunakan untuk memberikan gambaran dan prediksi keadaan ekonomi negara di masa depan. GDP dihitung per kapita/per penduduk sehingga dapat dilihat rata-rata kondisi ekonomi masyarakat.

Baca juga:
Jenis-jenis pewilayahan di bumi 
Piramida penduduk ekspansi, stasioner dan konstruktif

GNP adalah total semua hasil produksi barang dan jasa suatu negara serta jasa ditambah keuntungan investasi di luar negeri. Dalam beberapa kasus, GNP dapat dihitung dengan menghitung jumlah produksi penduduk negara tanpa menghitung produksi investasi asing.

GNP dapat dihitung per kapita/per orang sehingga dapat melihat daya beli per individu, rata-rata kekayaan, tingkat upah dan distribusi kepemilikan masyarakat.

Bagaimana rumus perhitungan GDP dan GNP?
Rumus Pendapatan Domestik Bruto adalah dengan menjumlahkan total produksi barang dan jasa tanpa memerhitungkan nilai penyusutannya. Pendekatan yang sering banyak digunakan untuk menghitung PDB adalah pendekatan pengeluaran.

GDP = Konsumsi+ Investasi + Pengeluaran Pemerintah + (Ekspor-Impor)

Bagaimana dengan Pendapatan Nasional Netto?. Banyak variasi rumus yang digunakan untuk mendapatakan nila GNP suatu negara. Rumus yang biasa banyak digunakan secara umum adalah

GNP = GDP + Pendapatan Bersih Aset Nasional di Luar Negeri

GNP dan GDP merupakan salah satu indikator perkembangan ekonomi masyarakat suatu negara. Menurut data terakhir, negara yang memiliki GDP terbesar adalah Qatar dengan nilai pe rkapita mencapai 102.943 Dollar AS sedangkan GNP terbesar dimiliki oleh Luxembourg dengan nilai per kapita 45.360 US Dollar. Baca juga: Angin fohn dan dampaknya

Meningkatkan kapasitas ekspor barang dan jasa merupakan salah satu cara meningkatkan pendapatan negara. Inovasi dan pengembangan barang produksi mutlak dilakukan untuk meningkatkan daya jual. 

Itulah mengapa negara-negara maju memiliki pendapatan yang tinggi karena mereka menghasilkan produk-produk unggulan dan laku di pasaran. Lihatlah Microsoft, Apple, Samsung, Honda, Yamaha, Blackberry dan lainnya. 

Itulah contoh barnga-barang produksi yang bernilai tinggi sehingga akan mendatangkan keuntungan maksimal bagi negara pemiliknya. Baca juga: Perbedaan angin darat dan angin laut
GDP dan GNP
Sumber dan Gambar:
disini
BSE Geografi XII
Gonjang Ganjing Kurikulum Pendidikan Indonesia 2013

Gonjang Ganjing Kurikulum Pendidikan Indonesia 2013

Akhir-akhir ini dunia pendidikan di Indonesia dihiasi dengan fenomena dikembalikannya lagi kurikulum nasional dari kurikulum 2013 ke kurikulum 2006 (KTSP). 

Tentu ada pro dan kontra terhadap kebijakan terbaru dari Mendikbud tersebut. 

Sebagai seorang guru saya memang merasakan banyak kekurangan dalam "pemaksaan" pelaksanaan kurikulum 2013 ini mulai dari buku yang lama datangnya, kualitas buku yang buruk, format raport yang masih belum dipahami dan lainnya. 

Memang kurikulum harus senatiasa mengikuti alur zaman dan tidak statis, akan tetapi manajemen eksekusi di lapangan yang harus ditertibkan. 

Saya baru memahami apa itu KTSP pada tahun 2011 ketika Bimtek KTSP di MAN IC Serpong namun baru dua tahun sudah diganti lagi kurikulumnya. 

Pemerintah Indonesia memang harus melakukan pembenahan luar biasa dalam pengelolaan kurikulum nasional, jika kondisi seperti ini masih terjadi maka kurikulum-kurikulum luar seperi Cambridge, IGCSE dan lainnya akan terus mengekspansi Indonesia padahal sebetulnya kurikulum kita sudah bagus namun pelaksanaannya saja yang masih tidak sepenuhnya dipahami oleh guru, siswa dan orang tua. 

Bulan lalu saya mengikuti seminar dan diskusi  di UNY Yogyakarta dengan tema Peran Geografi Dalam Menghadapi AFTA 2015. Dalam seminar tersebut bertindak sebagai pembicara adalah dosen UNY yang lupa lagi saya namanya. 

Salah satu hal yang didiskusikan dalam seminar tersebut adalah mengenai evaluasi kurikulum 2013. 

Singkat cerita, setelah diskusi panjang lebar diperoleh kesimpulan seperti ini bahwa kita sebagai pendidik jangan terlalu terbelenggu oleh aturan-aturan kurikulum yang diberlakukan pemerintah. 

Guru adalah kurikulum itu sendiri, di kelas proses belajar ditentukan oleh kreativitas guru. 

Tidak ada kurikulum pendidikan yang sempurna di dunia, bahkan di Amerika Serikat pun sering terjadi penembakan di kampus. Seorang pakar kurikulum terkenal yaitu John Dewey pernah berkata 

"berikan aku kurikulum terburuk yang pernah ada, maka akan saya kembangkan dengan kreativitas agar menjadi sumber belajar yang menarik di kelas". 


Jelas bahwa inti dari kurikulum adalah guru, seburuk apapun kurikulum namun di tangan guru yang kreatif dan berjiwa pendidik maka tidak akan menjadi persoalan. 


"Curriculum is only the gun, but teacher is man behind the gun"


Jadi marilah kita sebagai guru untuk senantiasa menciptakan kreasi dan inovasi dalam kegiatan belajar bersama siswa di kelas. 


Bolehlah merasa tidak puas terhadap kurikulum namun tetap menyuarakan suara dengan etika yang santun sesuai budaya Indonesia. Ada tugas yang lebih besar lagi dari sekedar mengutak-atik kurikulum yaitu mendidik siswa-siswi Indonesia. Kurikulum terbaik di dunia pun akan sia-sia di tangan guru yang tidak kreatif ketika mengajar. 
Gambar: disini
Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan

Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan

Apakah setiap lahan di permukaan bumi ini memiliki kemampuan yang sama satu sama lain?

Ataukah mereka berbeda dan memiliki tingkatan tersendiri. Kalian tentu sering melihat berita seputar banjir atau longsor yang sering melanda wilayah-wilayah di Indonesia ketika musim hujan. 

Setiap lahan memiliki kelas atau tingkatan kemampuan yang berbeda-beda khususnya di bidang pertanian.

Dalam geografi dikenal istilah kemampuan dan kesesuaian lahan. Kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan erat dalam menentukan kualitas dan daya dukung lahan untuk mendukung proses kehidupan di atasnya. 

Dalam hal ini  adalah sifat-sifat  tanah yang mempengaruhi erosi dan tingkat erosi yang terjadi. 

Jadi langkah pertama agar kita dapat mengunakan tanah dengan tepat adalah menyelidiki dan menyimpulkan data tentang sifat-sifat tanah dan factor-faktor pembatas yang diperlukan. 

Lalu berdasarkan data tersebut kita menentukan kombinasi antara pemakaian lahan dengan menginginkannya untuk pemakaian usaha pertanian yang paling intensif yang tidak menimbulkan erosi. 

Baca juga:
Bentuk permukaan bumi secara umum
Contoh soal konsep geografi dan cara jawabnya

Dengan demikian semua lahan yang termasuk dalam suatu kelompok tentunya akan mempunyai kepekaan yang sama terhadap kerusakan lahan. 

Hasil dari klasifikasi kemampuan lahan dilanjutkan dengan pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaiannya terhadap jenis tanaman tertentu, yang dikenal dengan klasifikasi kesesuaian lahan. 

Sistem klasifikasi yang banyak digunakan di dunia adalah sistem USDA dimana terdapat VIII kelas kemampuan lahan. Kelas I hingga kelas IV merupakan kelas yang dapat diusahakan untuk pertanian sedangkan kelas V sampai VIII merupakan kelas yang tidak dapat diusahakan untuk pertanian.

Kelas I, tanah pada kelas ini memiliki sedikit faktor pembatas dan memiliki resiko kerusakan yang kecil. Jenis tanah pada kelas ini sangat baik dan dapat diusahakan untuk segala jenis pertanian. 

Tanah ini umumnya relatif datar, bahaya erosi kecil, solum tanah dalam, drainase baik, mudah diolah, penahan air yang baik dan responsif terhadap pemupukan.

Kelas II, tanah pada kelas ini mempunyai sedikit faktor pembatas yang dapat mengurangi pilihan penggunaannya atau membutuhkan tindakan  konservasi yang sedang. 

Oleh sebab itu tanah pada kelas ini membutuhkan pengelolaan tanah yang cukup hati-hati meliputi tindakan konservasi, menghindari kerusakan dan memperbaiki hubungan air-udara dalam tanah bila ditanami faktor pembatas dalam kelas ini dapat merupakan satu atau kombinasi dari faktor-faktor lereng landai, kepekaan erosi sedang dan struktur tanah yang kurang baik. 

Adanya  faktor-faktor ini tentu saja memerlukan perhatian yang agak serius jika kita ingin mengusahakan tanah, seperti pengolahan tanah secara kontur, strip cropping, pergiliran tanaman, pemupukan dan pengapuran, dan pembuatan saluran – saluran air

Kelas III, tanah pada kelas ini mempunyai lebih banyak faktor pembatas daripada tanah pada kelas II, dan apabila digunakan untuk usaha pertanian akan memerlukan tindakan konservasi yang serius, yang umumnya lebih sulit baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharaannya. 

Faktor – faktor pembatas pada lahan kelas ini dapat berupa lereng yang agak miring, cukup peka terhadap erosi, drainase jelek, permeabilitas tanah sangat lambat, solum dangkal, kapasitas menahan air rendah, kesuburan dan produk aktifitas tanah rendah dan sulit untuk diperbaiki.

Kelas IV, tanah pada kelas ini merupakan faktor pembatas yang lebih besar dari pada kelas III, sehingga jenis penggunaan / jenis tanaman yang diusahakan juga sangat terbatas. Tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang cukup curam (15% - 30%), sehingga sangat peka terhadap erosi, drainase nya jelek, solumnya dangkal, dan kapasitas menahan air rendah.

Kelas V, tanah pada kelas ini terletak pada tempat yang datar/ agak cekung, selalu basah / tergenang air,atau terlalu banyak batu di atas permukaan tanah. 

Karena itu tanah pada kelas ini tidak sesuai untuk usaha pertanian tanaman semusim, namun lebih sesuai untuk ditanami dengan vegetasi permanen seperti tanaman makanan ternak/ dihutankan.

Kelas VI, tanah pada kelas ini terletak pada daerah yang mempunyai lereng yang cukup curam, sehingga mudah ter-erosi/ telah mengalami erosi yang sangat berat/ mempunyai solum yang sangat dangkal. Tanah pada kelas ini tidak sesuai di jadikan lahan pertanian namun lebih sesuai untuk vegetasi permanen.

Kelas VII, tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang cukup curang, telah tererosi berat, solum sangat dangkal dan berbatu. Karena itu tanah ini hanya cocok untuk ditanami dengan vegetasi permanen.

Kelas VIII, tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang sangat curam, permukaan sangat kasar, tertutup batuan lepas/ batuan singkapan/ tanah pasir pantai. Karena itu tanah pada kelas ini dibiarkan pada keadaan alami dibawah vegetasi alami (cagar alam, hutan lindung, atau tempat rekreasi). 
Kelas Kesesuaian Lahan USDA
Posisi strategis Indonesia dan pengaruhnya
Update kode diskon quipper video terbaru
 
Sumber:
Ilmu Tanah. Suryatna Rafii
BSE GEografi X
Data Raster dan Data Vektor

Data Raster dan Data Vektor

Data merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam Sistem Informasi Geografi. 

Data SIG dapat berupa data spasial dan data atribut. Khusus pada potingan kali ini akan dibahas mengenai data spasial. 

Data spasial atau keruangan merupakan data yang merepresentasikan kenampakan nyata permukaan bumi. Data spasial terdiri dari dua macam yaitu data raster dan data vektor.

Baca juga:
Penyajian dan SIG masa kini
Teori keruangan Harris Ulman  

Data vektor adalah data yang menampilkan pola keruangan dalam bentuk titik, garis, kurva atau poligon. 

Data vektor sangat baik untuk merepresentasikan fitur-fitur jaringan jalan, gedung, rel kereta dan letak koordinat. 

Kelemahan data ini adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan fenomena yang bersifat gradual.


Data raster adalah data yang menampilkan sisi ruang bumi dalam bentuk pixel (picture element) yang membentuk grid/petak dan dihasilkan dari penginderaan jauh. Pada data raster, resolusi tergantung pada ukuran pixel-nya. 

Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan maka akan semakin tinggi resolusinya. 

Data raster sangat baik untuk menggambarkan keadaan jenis tanah, vegetasi dan kelembaban tanah. 

Kelemahan data raster terletak pada besarnya ukuran file, semakin tinggi resolusi gambar maka ukuran file akan semakin besar. Baca juga: Mau Jadi Surveyor Geologi? Dibayar Mahal lho?


http://www.buzzle.com/images/electronics/vector-raster-data-structure.jpg

Berikut ini tabel perbandingan antara data vektor dengan data raster. 
Baca juga: Keunggulan dan kelemahan SIG jaman now
Data Vektor
Data Raster
Kelebihan
Lebih efisien dalam ruang penyimpanan.
Memiliki resolusi spasial
yang tinggi.
Representasi grafis data spasialnya sangat mirip dengan peta garis buatan manusia.
Transformasi koordinat dan proyeksi tidak sulit dilakukan.
Kelebihan
Struktur data yang sederhana.
Mudah dimanipulasi dengan fungsi matematis sederhana.
Teknologi yang digunakan cukup murah.
Overlay data raster dengan data inderaja mudah dilakukan.
Kekurangan
Struktur data kompleks.
Data tidak mudah dimanipulasi.
Memerlukan perangkat komputer yang lebih mahal.
Overlay beberapa layer vektor secara simultan memerlukan waktu lama.
Kekurangan
Memerlukan ruang penyimpanan yang besar.
Transformasi koordinat dan proyeksi sulit dilakukan.
Lebih sulit untuk merepresentasikan hubungan topologikal.
Proses Terbentuknya Bahan Galian

Proses Terbentuknya Bahan Galian

Siapa yang tidak tahu berbagai barang tambang seperti emas, intan, batubara, minyak bumi, timah dan lainnya. 

Bahan tambang tersebut terbentuk dalam waktu ribuan hingga jutaan tahun di dalam kerak bumi melalui berbagai proses (genesa) yang berbeda. 

Menurut proses pembentukannya, bahan galian terdiri dari 5 jenis yaitu:

1. Bahan Galian Magmatik
Bahan galian magmatik adalah bahan galian yang terbentuk akibat dari magma primer yang bersifat ultrabasa lalu mengalami pendinginan dan pembekuan sehingga terbentuklah mineral-mineral tambang. 

Endapan magmatis dapat terjadi karena kristalisasi magma, segregasi, regregasi, injeksi dan syngenetik. Contoh bahan galian tipe ini adalah intan, korundum dan kromit.

2. Bahan Galian Pegmatit
Bahan galian pegamtit adalah bahan galian yang terbentuk dikarenakan hasil injeksi magma, kristalisasi dari suatu magma menyebabkan suatu perubahan konsentrasi dari bahan-bahan uap. Sifat dari bahan galian pegmatit adalah 
  • seperti dike
  • kristal mineral sangat besar
  • bersifat asam
  • jenis mineral yang ditemui antara lain kuarsa, ortoklas dan mika.
Contoh bahan galian pegmatit antara lain besi, topaz, ruby, Au, Al, Li dan Sn.
3. Bahan Galian Metamsomatis Kontak
Bahan galian  ini terbentuk  karena adanya kontak antara magma dengan batuan samping dimana terjadi penambahan bahan dari magma.  

Jenis bahan galian ini pada umumnya terbatas pada magma silika dengan komposisi menengah (intermediate) seperti kuarsa monzonit, granodiorit dan kuarsa diorit. 

Sedangkan magma yang kaya akan silika seperti granit, jarang menghasilkan endapan galian, demikian juga magma ultra basa, pada magma yang basa, kadang-kadang dapat membentuk endapan bahan galian kontak metasomatik. 

Hampir semua jenis endapan bahan galian jenis ini berasosiasi dengan tubuh batuan beku intrusif yang berupa stock, batolit dan tidak pernah berasosiasi dengan dike atau sill yang berukuran kecil. 

Untuk lacolith dan sill yang besar meskipun jarang, tetapi kadang-kadang dapat menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatik.

4. Bahan Galian Hidrotermal
Bahan galian hidrotermal terbentuk karena pengaruh larutan sisa magma yang kaya akan logam-logam berharga. Endapan bahan galian hidrotermal dibagi menjadi 3 yaitu 
  • Hypotermal : Suhu 300-500 derajat C.
  • Mesotermal : Suhu 200-300 derajat C.
  • Epitermal : Suhu 50-200 derajat C.
Di dalam perjalanannya ke permukaan bumi melalui batuan, larutan-larutan hidrotermal akan mengendapkan unsur-unsur yang dibawanya. Proses hidrotermal paling banyak menghasilkan bahan-bahan metal seperti emas, tembaga, perak dan seng.

5. Bahan Galian Vulkanis
Bahan galian vulkanis adalah bahan galian yang terbentuk karena kegiatan vulkanisme seperti aliran lava, bahan valatil (uap air) dan sumber-sumber air panas. 

Hasil penguapan yang /ekshalasi yang diakibatkan oleh kegiatan vulkanis antara lain Fumarol (H2O), Solfatar (S2, SO2), Mofet (CO2), dan Soffroni (Be). 

Beberapa endapan bahan galian bernilai ekonomis yang dihasilkan dari tipe inia antar lain kristal belerang dan air panas yang sering membawa endapan limonit (bahan cat), jarosit (bahan pupuk) dan lainnya.
Urat Emas Pada Batuan
Bahan galian yang disebutkan di atas merupakan bahan galian endapan primer atau berasosiasi langsung dengan magma. Endapan jenis lain dinamakan endapan sekunder, sedimen dan metamorf atau tidak berasosiasi dengan magma. Penjelasannya akan dibuat pada postingan selanjutnya. Semoga bermanfaat.

Sumber:
BSE Geografi XI
disini
Perbedaan Citra Foto dan Citra Non Foto

Perbedaan Citra Foto dan Citra Non Foto

Citra merupakan hasil dari kegiatan perekaman foto udara. 

Berdasarkan spektrum,
sensor dan detektornya maka citra inderaja diklasfikasikan menjadi dua yaitu Citra Foto dan Citra Non Foto. 

Citra Foto dalam perekamannya dihasilkan dari pantulan tenaga objek (biasanya matahari) dengan menggunakan sensor kamera sedangkan detektornya adalah film dengan proses cetak yang bersifat kimiawi. 

Atas dasar penggunaan spektrum maupun saluran maka citra foto diklasifikasikan lagi menjadi foto ultarviolet, foto ortokromatik, foto pankromatik dan foto inframerah.

1. Foto Ultraviolet
Foto ultraviolet menggunakan spektrum elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,02 -0,4 mikrometer. Spektrum yang digunakan untuk citra foto ultraviolet adalah spektrum ultraviolet dekat dengan kisaran gelombang 0,29-0,4 mikrometer. 

Spektrum ini memiliki kepekaan terhadap objek yang lembab seperti air karena air banyak menyerap banyak tenaga matahari. 

Spektrum pada saluran ini kurang memiliki kemampuan untuk menembus lapisan minyak, sehingga tenaga yang sampai pada objek yang dilapisi minyak banyak memantulkan radiasi matahari. Pantulan yang tinggi mengakibatkan rona yang terbentuk adalah cerah. 

Oleh sebab itulah foto ultraviolet baik digunakan untuk mendeteksi tumpahan minyak di laut.

2. Foto Ortokromatik
Foto ortokromatik menggunakan spektrum sinar tampak pada saluran biru hingg hijau dengan panjang gelombang  0,4-0,56 mikrometer. 

Keunggulan dari foto ortokromatik adalah kemampuannya menembus pada objek yang ada di bawah permukaan air laut yang jernih. Oleh sebab itu jenis foto ini sangat baik untuk merekam wilayah perairan dangkal sekitar pantai.

3. Foto Pankromatik
Foto pankromatik menggunakan spektrum tampak dengan panjang gelombang 0,4-0,7 mikrometer. 

Karena menggunakan seluruh saluran sinar tampak maka objek yang terekam sesuai dengan keadaan sebenarnya sesuai dengan kepekaan mata manusia. 

Kelemahan dari citra ini adalah harganya yang mahal dan resolusinya masih terlalu kasar dibandingkan pankromatik hitam putih.

4. Foto Inframerah
Foto inframerah menggunakan spektrum saluran dekat pada kisaran 0,7-0,9 mikrometer dengan perluasan hingga 1,2 mikrometer. 

Spektrum inframerah memiliki kemampuan untuk menembus hujan kecil dan menembus lapisan luar dari daun. 

Sifat spektrum dan pantulan dari daun vegetasi bukan dari permukaan kulit luar, maka warna yang terbentuk pada citra inframerah tidak sesuai dengan kesan mata manusia. Vegetasi sehat memiliki kandungan air yang lebih banyak dibanding vegetasi kurang sehat. Jadi citra inframerah sangat baik untuk menganalisa tanaman yang sehat dan tidak sehat.


Contoh Foto Udara
Itulah jenis-jenis citra foto, untuk citra non foto nanti akan dijelaskan di postingan selanjutnya. Baca juga: Mau ikut bimbel tapi malas gerak?. Cek dulu Quipper Video Solusi Bimbel Online Jaman Now.


Sumber:
BSE Geografi XII
Komet dan Peredarannya

Komet dan Peredarannya

Pernahkah kalian mendengar istilah bintang jatuh?. Lalu apakah benar bintang jatuh itu ada?. 

Sebenarnya bintang jatuh adalah istilah lain untuk menamakan salah satu anggota Tata Surya yaitu komet. 

Tahun 1986 merupakan tahun penting dimana pada saat itu Komet Halley terlihat dari Bumi setelah terakhir kali terlihat pada 1910. 

Komet Halley merupakan komet yang secara periodik menampakan diri kepada warga Bumi. 

Garis edar komet tidak seperti garis edar planet atau satelit. Ada komet yang memiliki garis edar berbentuk elips, namun eksentrisitasnya sangat besar seperti garis edar Komet Halley sehingga komet itu hanya dapat terlihat jika ia sedang ada di sekitar perihelium lalu menghiolang lebih dari 70 tahun ketika menjauhi perihelium.


Komet Halley 1986
Kebanyakan komet mempunyai garis edar yang berbentuk parabola atau hiperbola sehingga jika sebuah komet pernah tampak mendekati matahari maka komet itu hanya tampak sekali itu saja karena setelah itu ia menempuh lintasannya yang jauh di ruang angkasa.

Secara fisikal komet terdiri atas dua bagian utama yaitu kepala dan ekor. Kepala komet merupakan bagian utama komet itu sendiri. 

Bagian ini terdiri dari gumpalan benda padat yang bentuknya tidak beraturan yang terbesar diantaranya merupakan inti kepala komet. Di sekitar inti itu terdapat gumpalan-gumpalan yang lebih kecil dari debu dan mungkin es. 

Bagian di sekitar inti dinamakan koma. Bagian lainnya adalah ekor komet yang sebenarnya merupakan bagian dari kepala komet yang terlempar keluar dari tempatnya karena gaya hembusan Matahari. 

Matahari memancarkan tenaga yang disebut dengan solar radiation (radiasi matahari) dan solar wind (angin matahari). Kedua tenaga inilah yang menghembus bagian kepala komet. 

Ekor komet selalu akan menjauhi Matahari ketika posisi komet mendekati matahari karena pengaruh dua tenaga tadi. 

Karena bagian-bagian halus kepala komet itu setiap mendekati matahari selalu berkurang maka penampilan komet setelah melalui periheliumnya menjadi tak berekor atau ekornya kecil. 

Hal tersebut yang membuat orang kecewa ketika ingin melihat kemegahan Komet Halley pada tahun 1986. 


Bagian-Bagian Komet
Orbit Komet
Nama komet ditentukan berdasarkan orang yang menemukannya seperti Komet Halley yang ditemukan pertamakali oleh Edmund Halley pada 1705. Komet lainnya adalah Komet Ikeya Seki (195), Komet Kohontek (1973) dan Komet West (1986).

Sumber:
disini
disini
disini
Fenomena Mati Berjamaah Karena Miras Oplosan

Fenomena Mati Berjamaah Karena Miras Oplosan

Judul postingan kali ini memang agak nyeleneh karena ada istilah "mati berjamaah".

Ini terkait dengan fenomena sosial yang minggu ini menghiasi headline berita televisi yaitu maraknya kembali "pemabuk" yang meninggal karena miras oplosan di Garut dan Sumedang. 

Belasan orang pemuda-pemudi tanggung kembali harus kehilangan nyawa sesudah pesta miras oplosan di Garut dan Sumedang. 

Ini sudah menjadi kejadian yang ke berapa kali dan seolah manusia Indonesia tidak pernah jera dan menyadari akan bahaya miras.

Ini adalah persoalan mentalitas dari beberapa masyarakat Indonesia yang memang sudah mengakar dan harus segera dirubah. 

Pada kejadian kali ini para pemabuk yang melakukan pesta miras oplosan mayoritas adalah para remaja tanggung berusia belasan hingga tak sampai usia 30an. 

Mengapa hal tersebut bisa terjadi?Sejatinya mereka merupakan anak-anak sekolah yang tentunya sudah pasti diajari oleh guru-guru mereka tentang bahaya miras dan sifatnya yang haram karena dapat memicu tindak kriminal lainnya. 

Pendidikan memang sejatinya harus bisa membentengi remaja-remaja Indonesia dari perilaku-perilaku menyimpang seperti mabuk. 

Namun diluar hal tersebut memang ada faktor lain yang menyebabkan pendidikan tersebut masih belum mempan memberikan nutrisi iman kepada remaja-remaja tersebut. 



Bayangkan alkohol dengan kadar persen diatas 70% mereka minum?Dimana rasio dan akal remaja-remaja tersebut?Apa yang mereka cari?. 

Jika menilik pada sifat remaja dalam ilmu psikologi pastinya akan didapat prinsip-prinsip berikut:
  • remaja adalah manusia yang masih mencari jati diri.
  • remaja senang mencari hal baru terutama terkait sensasi.
  • remaja selalu ingin diakui dalam kelompoknya.
  • remaja adalah manusia yang ingin bebas dan sulit diatur.
  • dan lainnya
Lalu senjata apa yang paling ampuh membentengi remaja-remaja Indonesia saat ini dari perilaku-perilaku menyimpang?. 

Tentunya jawaban pastinya adalah "pendidikan", namun dalam hal ini pendidikan bukan hanya di bangku sekolah (formal). 

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang holistik/menyeluruh. Artinya pendidikan holistik merupakan penggabungan pendidikan di rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat. 

Tentunya pendidikan pertama yang dialami anak adalah di rumah. Jadi dalam hal ini orang tua wajib memberikan pendidikan karakter mulai dari anak di rumah keluar rumah sampai kembali ke rumah. 

Mungkin banyak yang beranggapan bahwa pendidikan merupakan tugas sekolah dalam hal ini guru berkewajiban memberikan pembentukkan karakter siswa. 

Akan tetapi hal tersebut tidaklah cukup, perlu kombinasi antara orang tua, guru di sekolah dan masyarakat sekitar untuk membentuk suatu lingkungan pendidikan yang unggul. 

Ada teori yang menyatakan bahwa 70% manusia dibentuk dari lingkungan sekitar dan bisa jadi para remaja pemabuk yang sedang diberitakan saat ini tertular sifat-sifat komunitas orang-orang bermental negatif. 

Jika dikaitkan lagi dengan apa yang disampaikan oleh Sosiolog Indonesia Koentjaraningrat bahwa salah satu watak manusia Indonesia adalah bermental lemah, maka memang kenyataannya hingga saat ini pernyataan beliau masih berlaku. 

Mental tersebutlah yang harus sama-sama dengan cara bergotong-royong kita hilangkan agar tidak ada lagi kasus mati berjamaah karena miras oplosan. 

Rumah+Sekolah+Lingkungan adalah tempat pendidikan manusia yang semuanya harus menularkan sifat positif bagi anak. 

Jadi marilah mulai dari sekarang kita melakukan revolusi karakter masyarakat yang negatif agar menjadi positif demi bangsa Indonesia yang semakin jaya dan tangguh di masa depan.

Sumber dan Gambar:
Paradigma Industri dan Lingkungan

Paradigma Industri dan Lingkungan

Tidak dipungkiri lagi kegiatan industri saat ini memberikan dampak signifikan bagi lingkungan hidup. 

Hubungan antara aktivitas manusia dengan lingkungannya di dalam sistem industri dicoba untuk dipahami oleh para ahli melalui empat paradigma dasar yaitu :

1)paradigma racun, 2) paradigma keseimbangan alam, 3) paradigma entropi, dan 4)paradigma norma lingkungan. 

Keempat paradigma dasar tersebut di atas dikembangkan berdasarkan atas pertimbangan berbagai bidang ilmu pengetahuan termasuk dimensi etika politik untuk memahami keterkaitan dan saling ketergantungan antara sistem manusia dengan sistem lingkungan.

1. Paradigma Racun
Paradigma racun memberikan gambaran bahwa manusia tidak jarang menggunakan bahan-bahan yang mengandung unsur-unsur berbahaya dan beracun untuk memenuhi kepentingan dan aktivitas kegiatannya. 

Bahan-bahan yang tidak dimanfaatkan secara sempurna menghasilkan sisa-sisa kemudian dibuang ke lingkungan sehingga mengganggu makhluk lain yang ada di lingkungan tersebut. 

Paradigma racun kebanyakan dianut oleh para ilmuwan medis, kimia, dan sebagian besar kegiatan manusia pada pertanian dan industri. 

Mengatasi permasalahan lingkungan dalam fase paradigma racun ini ditujukan ke arah pembatasan terhadap pemakaian bahan-bahan yang mengandung unsur-unsur yang bersifat racun dan membahayakan lingkungan. 

Solusi terakhir tertuju pada proses minimisasi dan peniadaan buangan limbah pada sumber-sumber aktivitas kegiatan manusia dan industri. 

Dalam paradigma racun tersebut, para konsumen tekstil di Jepang, Kanada, Amerika dan Eropa melalui pemerintah atau asosiasi perdagangan telah mengeluarkan kebijakan lingkungan dengan memberlakukan standar ekologi tekstil (seperti; ecotex dan oekotex standard) pada setiap produk tekstil yang dipasarkan ke negara-negara tersebut. 

Oekotex standard memuat batasan standar kandungan bahan-bahan kimia pada tekstil dan produk tekstil yang dipasarkan ke negara-negara Eropa, Kanada, Jepang dan Amerika.

2. Paradigma Keseimbangan Alam
Paradigma keseimbangan alam memberikan gambaran bahwa aktivitas kegiatan manusia tidak jarang menimbulkan gangguan terhadap kestabilan sistem lingkungan alam. 

Argumentasi ilmuwan mengarah pada berbagai pilihan guna melindungi alam dan melestarikan sistem lingkungan alam melalui tindakan konservasi pemanfaatan sumber daya alam dan menerapkan secara ketat nilai ambang batas terhadap ambient yang dihasilkan oleh kegiatan industri tekstil. 

Paradigma keseimbangan alam ini umumnya dianut oleh para biolog, klimatolog, dan ekolog atau ahli lingkungan, serta para ahli di bidang pertanian. 

Solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan ditujukan ke arah bagaimana cara melindungi dan melestarikan sistem lingkungan alam melalui tindakan-tindakan konservasi dan pemulihan sumber daya alam dan lingkungan. 

Tindakan lain yang patut pula di contoh dalam menerapkan paradigma keseimbangan alam tersebut adalah melalui pendekatan kearifan lingkungan yang dilakukan oleh para tokoh adat seperti; tradisi Sasi bagi nelayan Maluku dan Irian atau pemberlakuan Hutan Larangan pada masyarakat Kampung Naga di Tasikmalaya.
Hutan Larangan Masyarakat Kampung Naga
3. Paradigma Entropi
Paradigma entropi membangun wawasan tentang pemanfaatan sumber daya alam, arus materi dan aliran energi dalam konteks proses transformasi materi dan energi pada suatu proses yang menghasilkan entropi atau limbah. 

Setiap proses kegiatan selalu menghasilkan entropi, entropi tersebut dapat berguna bagi lingkungan dan dapat pula membahayakan lingkungan bila kualitas dan kuantitasnya melebihi baku mutu lingkungan. 

Paradigma entropi ini umumnya dianut oleh para ilmuwan fisika, ekonomi lingkungan, dan ahli lingkungan, serta para ahli di bidang teknik. 

Solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan dalam paradigma entropi ini ditujukan ke arah alternatif pemilihan terhadap pemanfaatan sumber daya manusia yang berkualitas, sumber daya alam dan energi yang berkualitas serta menekan seminimal mungkin entropi yang akan mengganggu lingkungan.

4. Paradigma Norma Lingkungan
Paradigma norma lingkungan membangun wawasan mengenai norma-norma yang disepakati manusia.

 Dalam dominasinya, manusia membangun segala kebutuhannya untuk melangsungkan kehidupan sosio-ekonominya, namun kegiatan pembangunan menimbulkan beban kerugian pada makhluk lain yang ada di sekitarnya. 

Paradigma norma lingkungan ini umumnya dianut oleh para filsuf, moralis, preservasionis, dan lain sebagainya. 

Paradigma ini memberikan solusi untuk menghindari dominasi atau mengurangi beban kerugian terhadap makhluk hidup lainnya dan lingkungan yang secara normatif harus dihormati hak-hak hidupnya.

Sumber:
Modul Diklat SCBD Lingkungan Hidup. 2007.
Geografi SMA Kelas XI. K Wardiyatmoko.
Perbedaan Oase dan Wadi

Perbedaan Oase dan Wadi

Jika anda pergi ke wilayah gurun pasir, apa yang anda lakukan jika kehabisan perbekalan air?

Apakah mungkin ada sumber air di gurun pasir yang kering?.

 Terdapat dua jenis sumber air yang terdapat di gurun yaitu Oase dan Wadi. Oase adalah suatu wilayah subur  di tengah gurun yang didalamnya terdapat mata air.

Oase dapat dikatakan sebagai taman di tengah gurun, dan didalamnya dapat tumbuh berbagai macam vegetasi, hewan  bahkan pemukiman manusia jika areanya cukup luas. 

Oase sering digunakan para pedagang yang melintasi rute gurun untuk beristirahat. Oase dapat terbentuk dari adanya sungai di bawah tanah atau akuifer artesis. 

Hujan dan badai besar dalam waktu singkat yang turun di wilayah gurun merupakan salah satu sumber terciptanya Oase. 

Munculnya Oase di gurun kemudian dapat mengundang berbagai burung atau mahluk lainnya yang sedang bermigrasi untuk singgah. 

Hewan-hewan seperti burung kemudian dapat membawa bibit-bibit tanaman dari daerah asal dan menjatuhkannya di daerah Oase tadi sehingga munculnya berbagai macam tumbuhan.
Wadi
Oase di Gurun Sahara
Lalu apa bedanya dengan Wadi?. Wadi adalah sumber air di gurun berupa sungai yang alirannya pendek dan bersifat sementara. 

Wadi bisa berasal aliran sungai induk seperti Sungai Nil di Gurun Sahara. Selain itu Wadi bisa terbentuk karena hujan deras di tengah gurun sehingga membentuk aliran-aliran air di atas gurun. 

Nah itulah dua jenis sumber air yang dapat ditemukan di wilayah gurun pasir. Itulah sebuah keadilan Sang Pencipta bagi terciptanya keseimbangan kehidupan di bumi ini.

Sumber:
disini disini disini
close