Macam-Macam Media Sosialisasi Keluarga, Sekolah dan Lingkungan - Geograph88

Macam-Macam Media Sosialisasi Keluarga, Sekolah dan Lingkungan

Macam-Macam Media Sosialisasi Keluarga, Sekolah dan Lingkungan
Sosialisasi merupakan suatu kegiatan pengenalan suatu invididu dalam masyarakatnya. 

Tanpa sosialisasi yang baik maka suatu individu akan sulit diterima oleh lingkungan dan biasanya akan menjadi masalah. 

Lalu apa saja media-media sosialisasi masyarakat?.

Media sosialisasi merupakan tempat di mana sosialisasi itu terjadi. Paling tidak ada tiga media sosialisasi, yaitu: keluarga, sekolah, dan lingkungan bermain.


1. Keluarga  
Keluarga merupakan tempat pertama seorang anak yang baru lahir mengalami proses sosialisasi. 

Di keluarga inilah seorang anak mengenal lingkungan sosial dan budayanya, dan juga mengenal anggota keluarganya: ayah, ibu, kakak, kakek, dan nenek. 

Pembentukan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh bagiamana keluarga itu memberikan pendidikan kepada anak-anaknya baik melalui kebiasaan, teguran, nasihat, perintah, atau larangan. Kelurga merupakan lembaga yang paling penting pengaruhnya dalam sosialisasi manusia.

Kepribadian anak ditetukan oleh bagaimana orangtua dan anggota keluarga lain memotivasi anak agar mau mempelajari pola perilaku yang diajarkan kepadanya. Motivasi bisa positif, bisa juga negatif. 

Motivasi positif dengan memberikan ganjaran (reward) kepada anak bila berhasil melakukan sesuatu yang bermanfaat. Motivasi negatif dengan memberikan hukuman (punishment) bila anak tidak mentaati perintah atau melanggar larangan. 
Macam-Macam Media Sosialisasi Keluarga, Sekolah dan Lingkungan
Sekolah adalah media sosialisasi manusia

Pada nuclear family (keluarga inti) sosialisasi hanya dilakukan oleh ayah dan ibunya, atau mungkin oleh saudara kandung. 

Pada extended family (keluarga luas) agen sosialisasi bisa berjumlah lebih banyak dan mencakup pula kakek, nenek, paman, bibi, dan sebagainya. 

Pada keluarga menengah dan atas di perkotaan pembantu rumahtangga pun juga memegang peran penting dalam sosialisasi anak, setidak-tidaknya pada tahap awal.  


2. Sekolah
Baiklah saya akan mengajak Anda untuk mengenal agen sosialisasi berikutnya yaitu sekolah, paling tidak bagi masyarakat yang sudah mengenal pendidikan formal. 

Di sekolah seseorang mempelajari hal baru yang belum dikenalnya dalam keluarga. Pendidikan formal mempersiapkan anak untuk menguasai peran-peran baru di kemudian hari pada saat dia tidak tergantung lagi pada orangtuanya. 

Menurut Robert Dreeben, yang dipelajari anak di sekolah – di samping membaca, menulis, dan menghitung – adalah aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universalism), dan spesifitas (specificity).  

Di sekolah seorang anak harus belajar untuk mandiri. Di sekolah sebgian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh tanggungjawab. 

Ketergantungan terhadap orangtua seperti di rumah tidak terjadi, guru menuntut kemandirian dan tanggungjawab pribadi bagi tugas-tugas sekolah.



Peran yang diraih dengan prestasi di sekolah merupakan peran yang menonjol. Peringkat prestasi anak di kelas hanya dapat diraih melalui prestasi. Peran sekolah dalam prestasi anak lebih besar dibandingkan dengan peran keluarga. 

Sekolah menunut siswa untuk berprestasi, baik dalam kgiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler. Seorang siswa didorong untuk giat berusaha mengembangkan kemampuan dan bersaing agar meraih keberhasilan dan menghindari kegagalan. 

Keberhasilan maupun kegagalan selama di sekolah menjadi dasar bagi penentuan peran di masa mendatang.


Aturan ketiga yang dipelajari anak di sekolah adalah universalime. Di sekolah setiap anak mendapatkan perlakuan yang sama. 

Perlakuan yang berbeda hanya dibenarkan bila didasarkan pada kelakuan siswa di sekolah – apakah ia berkemampuan, bersikap dan bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan sekolah. 

Spesifisitas merupakan aturan keempat dan merupakan kebalikan dari kekaburan (diffuseness). Di sekolah kegiatan siswa atau penilaian terhadap kelakuan mereka dibatasi secara spesifik. 

Kekeliruan yang dilakukan oleh seorang siswa dalam matapelajaran sosiologi, misalnya, sama sekali tidak mempengaruhi penilaian gurunya terhadap prestasinya dalam matapelajaran bahasa Indonesia. 


3.  Kelompok Bermain
Nah, Anda sudah mempunyai pemahaman dua agen sosialisasi yang baru kita pelajari bersama yaitu keluarga dan sekolah. Marilah kita sekarang memahami agen sosialisasi yang ketiga yaitu kelompok bermain. 

Setelah mulai dapat berpergian seorang anak memperoleh agen sosialisasi lain yaitu teman bermain, baik yang terdiri atas kerabat atau tetangga dan teman sekolah. 

Di dalam kelompok bermain ini seorang anak mempelajari berbagai kemampuan baru. 

Di rumah seorang anak mempelajari hubungan antaranggota keluarga yang tidak sederajat, dalam kelompok bermain seorang anak belajar berinteraksi dengan orang yang sederajat karena sebaya. 

Pada tahap inilah seorang anak memasuki game stage – mempelajari aturan yang mengatur peran orang yang kedudukannya sederajat. 

Dalam kelompok ini pula seorang anak mempelajari nilai-nilai keadilan, kebersamaan, tolong menolong, kerjasama, solidaritas, dan sebagainya. 

Sumber: Modul P2KGS Mapel Sosiologi
Gambar: disini
close