Pengertian Teori-Teori Interaksi Sosial - Geograph88

Pengertian Teori-Teori Interaksi Sosial

Pengertian Teori-Teori Interaksi Sosial
Mempelajari interaksi sosial sangat luas sekali dan salah satunya adalah tentang beragamnya teori-teori interaksi sosial. 

Apa bedanya simbol dengan tanda. Pengertian sebuah tanda biasanya berhubungan dengan bentuk fisiknya dan dapat ditangkap dengan pancaindera. 

Di perempatan jalan dipasang lampu berwarna merah, kuning, dan hijau adalah tanda yang artinya berhenti, peringatan, dan boleh jalan. Simbol bersifat abstrak. 

Ketika saya menyebut kata ayam, segera Anda membayangkan dalam pikiran bentuk fisik ayam tanpa harus didukung kehadiran fisik ayam tersebut, karena Anda  memiliki daya khayal dan memiliki kesepakatan bersama akan pengertian kata ayam. 

Namun perlu diingat makna simbol tertentu tidak selalu bersifat umum: berlaku sama di setiap situasi dan daerah. Budaya yang berbeda melahirkan arti atau makna yang berbeda terhadap bahasa isyarat.

Seperti sudah saya contohkan di atas bahwa suatu simbol tertentu tidak selalu bersifat universal yaitu berlaku sama di setiap situasi dan daerah. Nilai atau makna sebuah simbol tergantung kepada kesepakatan  orang-orang atau kelompok yang menggunakan simbol itu. 

Menurut Leslie White (Ritzer, 1992), makna suatu simbol hanya dapat ditangkap melalui cara-cara nonsensoris, yaitu melalui proses penafsiran  (interpretative process). 

Makna dari suatu simbol tertentu dalam proses interaksi sosial tidak begitu saja bisa langsung diterima dan dimengerti oleh semua orang, melainkan harus terlebih dahulu ditafsirkan. 
Pengertian Teori-Teori Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah fitrah manusia
Anda juga bisa mempelajari interaksi sosial dengan pendekatan tertentu. Salah satu pendekatan tersebut adalah interaksionisme simbolik (simbolic interactionism). Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead. 

Kata interaksionisme menunjukkan bahwa sasaran pendekatan ini adalah interaksi sosial, sedangkan kata simbolik merujuk pada penggunaan simbol-simbol pada interaksi sosial tersebut. 

Menurut Leslie White (Ritzer, 1992), simbol merupakan sesutau yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya. Makna atau nilai itu tidak berasal dari atau ditentukan oleh ciri-ciri yang secara intinsik terdapat di dalam bentuk fisiknya. 

Seperti sudah saya jelaskan pada paragraph di atas bahwa makna atau niali suatu simbol, menurut White, hanya dapat ditangkap melalui cara-cara nonsensoris, yaitu melalui proses penafsiran.


Herbert Blumer (Poloma, 1992), salah seorang penganut pemikiran Mead, pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga: pertama, bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. 

Saya ambil contoh tindakan seorang muslim ketika menyembelih ayam dan tindakan seorang pedagang ayam non muslim karena makna menyembelih ayam bagi orang muslim dan non muslim berbeda; Kedua, makna yang dipunyai sesuatu berasal atau muncul dari interaksi sosial. Marilah kita ambil contoh warna merah dan putih. 

Bagi masyarakat di luar Indonesia memaknai warna merah dan putih sebagai warna biasa saja, tetapi bagi masyarakat Indonesia warna merah putih mempunyai makna sebagai warna bendera pusaka yang harus dihormati dan dijunjung tinggi; 

Ketiga, makna diperlakukan atau diubah melalui proses penafsiran (interpretative process) yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Makna yang muncul dari interaksi sosial tidak begitu saja diterima, melainkan ditafsirkan terlebih dahulu. 

Apakah seseorang perempuan akan menerima atau tidak ajakan makan malam dari teman laki-lakinya atau tidak tergantung dari itikad baik atau buruk dari laki-laki tersebut.


Pendekatan lain dikemukakan oleh W.I. Thomas tentang definisi situasi. Berbeda dengan pendekatan behavioristik bahwa interaksi manusia merupakan pemberian tanggapan (respon) terhadap rangsangan (stimulus). 

Menurut Thomas, seseorang tidak langsung memberikan tanggapan ketika mendapatkan rangsangan dari luar. Tindakan seseorang selalu didahului suatu tahap penilaian dan pertimbangan atau rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang dinamakan definisi situasi atau penafsiran situasi. 

Dalam proses ini seseorang memberikan makna pada rangsangan yang diterimanya itu. Pada contoh di atas, terhadap tawaran makan malam dari seorang teman laki-laki, seorang perempuan akan melakukan penafsiran makna tawaran makan malam tersebut. Dalam kaitan dengan definisi situasi ini Thomas terkenal dengan ungkapannya: 

“When men define situations as real, they are real in their concequences” (“Bila orang mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya nyata”).


Erving Goffman dalam bukunya The Presentation of Self in Everyday Life juga mempunyai kontribusi penting terhadap interaksi sosial. 

Goffman menggunakan prinsip yang dinamakan dramaturgi (dramaturgy) yang oleh Margaret M. Poloma (1992) didefinisikan sebagai pendekatan yang menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subjektif dan objektif dari interaksi sosial. 

Usaha Goffman untuk mempelajari interaksi sosial diilhami oleh pendapat Sheakespeare bahwa dunia merupakan suatu pentas dan semua laki-laki dan perempuan merupakan pemain. 

Menurut Goffman (Poloma, 1992), individu yang berjumpa orang lain akan mencari informasi mengenai orang tersebut dan akan menggunakan informasi itu untuk mendefinisikan situasi. 

Dalam suatu perjumpaan masing-masing pihak, disengaja atau tidak, membuat pernyataan (expression) dan pihak lain memperoleh kesan (impression). Goffman membedakan dua pernyataan: pernyataan yang diberikan (expression given) dan pernyataan yang dilepaskan (expression given off). 

Pernyataan yang diberikan merupakan pernyataan yang dimaksudkan untuk memberikan informasi sesuai dengan apa yang lazim berlaku, sedangkan pernyataan yang dilepas mengandung informasi yang menurut orang lain memperlihatkan ciri si pembuat pernyataan. 


Mungkin Anda masih bingung dengan uraian di atas. Untuk memperjelas uraian di atas saya akan mengajak Anda untuk mencermati contoh berikut ini: Seorang yang mengucapkan terima kasih kepada orang lain dengan wajah cemberut. 

Ucapan terima kasih merupakan pernyataan yang diberikan sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, namun wajah cemberut marupakan pernyataan yang dilepaskan yang memberikan informasi tentang perasaan sebenarnya dari si pembuat pernyataan.

Sumber: Modul Pelatihan P2KGS Mapel IPS
Gambar: disini
close