Gaya tektonik adalah suatu gaya atau tenaga yang menyebabkan terjadinya proses
dislokasi (perubahan lokasi) batuan di dalam bumi.
Dislokasi adalah perubahan keadaan atau posisi
komplek batuan, baik yang mengakibatkan putusnya hubungan batuan ataupun tidak.
Setiap aktivitas tektonik berpotensi mempengaruhi aktivitas gunung berapi.
Besarnya pengaruh sangat bergantung kepada ketebalan lempeng tektonik dan
posisi dapur magma.
Gempa besar di Aceh 29 Desember 2004 yang diikuti Tsunami
tetapi tidak memicu aktivitas gunung api di sekitarnya, karena lempeng kerak
bumi di Aceh lebih tebal dari lempeng di bagian Mentawai.
Di Kawasan Indonesia
Timur umumnya aktivitas tektonik
langsung memicu kenaikan aktivitas vulkanik di sekitarnya, hal ini karena
lempeng kerak bumi di wilayah timur lebih tipis dari kawasan barat indonesia.
Lipatan Pegunungan |
Jenis tenaga yang menyebabkan gaya tektonik adalah tenaga endogen yang bersifat:
1. Tekanan Tangensial (mendatar)
2. Gaya Tarik Tangensial
3. Gaya Radial (Tegak)
Berdasarkan sifat gerakan dan cakupan wilayahnya, gaya tektonik diklasifikasikan menjadi dua yaitu Tektonik Epirogenesa dan Tektonik Epirogenesa.
1. Tektonik Epirogenesa (Epiros=Benua)
Tektonik Epirogenesa adalah gejala pembentukan benua yang
disebabkan oleh tenaga asal dalam yang berarah tegak lurus (radial) baik ke
atas maupun ke bawah searah dengan radius bumi yang akan menyebabkan
pengangkatan atau-pun penurunan.
Epirogenesa mempunyai gerakan yang lambat sehingga tidak
mengakibatkan deformasi yang jelas, mungkin diikuti oleh lipatan kerak bumi
ataupun tanpa adanya lipatan.
Epirogenesa meliputi daerah yang sangat luas
walaupun tidak selalu seluas benua.
Tektonik Epirogenesa terbagi dua, yaitu Epirogenesa Positif dan Epirogenesa
Negatif.
a. Epirogenesa positif
Yaitu gaya vertikal yang menuju ke arah bawah atau penurunan yang disebabkan oleh adanya tambahan beban misalkan sedimen yang sangat tebal di daerah geosinkilnal yang menyebabkan terganggunya keseimbangan isostasi.
Contoh nyata adalah ketika periode Pleistosen pada zaman es terjadi perluasan wilayah es ke arah equator menghasilkan penurunan beberapa wilayah.
b. Epirogenesa negatif
Yaitu gerak vertikal menuju ke atas sehingga terjadi pengangkatan. Penyebabnya adalah pengurangan beban lapisan kerak bumi misalnya karena es mencair.
Contohnya Pantai Stockholm mengalami kenaikan rata-rata
1m/100 tahun. Daerah Great Lake bagian utara dan timur laut mengalami
pengangkatan beberapa ratus meter sehingga sekarang miring ke arah
selatan, dataran tinggi Colorado mengalami pengangkatan sekitar 1000 m sejak 50
juta tahun yang lalu.
2. Tektonik Orogenesa (Oro=gunung)
Tektonik Orogenesa yaitu tektonik pembentuk pegunungan.
Gerkan ini meliputi daerah yang relatif sempit. Pengangkatan oleh gaya-gaya
endogen menyebabkan terbentuknya pegunungan.
Proses orogenesis mebentuk pegunungan
berangkai yang pada umumnya terdiri dari struktur-struktur lipatan atau
patahan. Hal ini tidak sama dengan gunung api. Gunung api dibentuk oleh proses
Vulkanisme, sedangkan pegunungan dibentuk oleh proses tektonik.
Tektogenesis adalah proses pelipatan, sesaran dan sebagainya
yang berlaku di dalam bumi. Setelah sedimen itu dilipat dan disesar di dalam
bumi sehingga membentuk tektogen, boleh jadi kemudian diangkat menjadi orogen.
Istilah Tektogenesis sering kuga dipakai dalam artian luas. Pembentukan suatu
orogen umumnya selalu disertai gerak-gerak batuan.
Pengangkatan kerak bumi
hingga menjadi pegunungan-pegunungan
dapat pula berlaku sangat lambat dan meliputi daerah yang sangat luas.
Porses demikian disebut dengan Epirogenesis. Gejala pembentukan pegunungan merupakan suatu gerak
lingkaran yang silih berganti antara Gliptogenesis, Lithogenesis dan
Orogenesis. Gejala demikian disebut dengan Siklus Geologi.
Orogenesis adalah proses peperasan, pelipatan dan pengangkatan
batuan sedimen menjadi pegunungan-pegunungan. Orogenesis bersifat konstruktif.
Pegunungan-pegununugan yang telah dibentuk oleh
orogenesis akan dihancurkan oleh gliptogenesis yaitu yang meliputi
proses-proses pelapukan, erosi, denudasi dan sebagainya.
Gliptogenesis bersifat
destrukif karena merupakan proses penghancuran relief. Lithogenesis adalah
proses pengendapan materi hancuran hasil gliptogenesis dan pemadatannya
sehingga mebentuk batuan sedimen.
Sumber:
Geomorfologi. Djauhari Noor