Faktor Penyebab Longsor - Geograph88

Faktor Penyebab Longsor

Faktor Penyebab Longsor
Orang Indonesia mungkin sering berfikir bahwa bencana yang paling banyak merengut korban jiwa adalah gempa atau erupsi. 

Namun data statistik BNPB berkata lain, bencana yang paling banyak menelan korban jiwa adalah adalah longsor. 

Di Indonesia terdapat daerah jalur patahan gempa yang membuat batuan kurang kuat dan membentuk lereng terjal, seperti di sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. 

Kondisi seperti itu diperparah oleh curah hujan yang mencapai 250-600 mm per tahun terutama di Pulau Jawa. 

Bencana longsor juga diperparah lagi oleh minimnya kesadaran masyarakat akan bahaya longsor. 

Banyak warga masyarakat melakukan tindakan yang dapat memicu terjadinya longsoran, seperti memotong lereng, penggundulan hutan, pencetakan sawah di lereng terjal, dan mendirikan rumah berdekatan dengan tebing terjal. 

Sementara di sisi lain, kepedulian masyarakat untuk menanggulangi tanah longsor masih kurang. 

Pada massa batuan yang tidak kompak, pori-porinya sebagian diisi air dan sebagian lainnya diisi udara, sehingga kondisi batuan menjadi lembab. 

Dengan kondisi lembabnya ini maka akan menimbulkan kurangnya daya kohesi batuan tersebut.

Airtanah juga dapat mempengaruhi gerakan massa batuan. Gerakan airtanah dapat memberikan tekanan terhadap butiran-butiran tanah sehingga memperlemah kemantapan lereng. 

Selain itu, airtanah juga dapat melarutkan dan menghanyutkan bahan perekat sehingga memperlemah ikatan antar butir dan berkurangnya daya kohesi. 

Larut dan hanyutnya bahan perekat menghasilkan rongga-rongga dalam tanah dan inipun mengurangi kemantapan tanah.
Longsor bencana paling banyak memakan korban jiwa
Tanah longsor (gerakan massa batuan) di Indonesia, umumnya terjadi di lereng terjal yang terbentuk dari endapan vulkanik yang tidak terpadatkan. 

Lereng-lereng terjal yang dipengaruhi struktur geologi seperti patahan, rekahan, lipatan, lebih rentan terhadap gejala longsor, apalagi jika arah pelapisan batuan searah dengan kemiringan lereng dan terdapat patahan aktif. 

Pelapisan batuan yang merupakan perselingan antara batuan yang kedap air dan batuan yang dapat menyerap air menciptakan bidang yang berpotensi sebagai bidang gelincir.
Dalam keseharian gerakan massa batuan disebut dengan peristiwa longsor. 

Peristiwa ini sangat bervariasi bila dilihat dari sisi akibatnya, yaitu ada yang berakibat ringan ada yang berakibat berat sampai menghilangkan nyawa dan menghancurkan pemukiman serta harta bendanya.

Contohnya pada minggu akhir Februari 2005 terjadi longsoran sampah sepanjang 1 km dengan ketinggian 20 meter di TPA  di Bandung menyebabkan kematian belasan orang dan menghancurkan pemukiman di sekitarnya. 

Beban tumpukan sampah yang berat itu membebani lapisan tanah di bawahnya. Dalam musim penghujan, air hujan disamping menambah beban juga bertindak menambah besarnya tenaga untuk mengerakkan sampah dan lapisan tanah menuruni lereng. 

Macam–macam gerakan massa adalah :
1. Creep (rayapan), yaitu tanah yang bergerak sangat pelan. Ciri–cirinya antara lain : pelengkungan pohon, miringnya tiang–tiang. 
2. Solifluction, yaitu campuran material kasar–halus yang bergerak karena jenuh air. 
3. Fall (jatuhan), yaitu meluncurnya massa karena grafitasi tanpa bidang pelun-cur (jatuh bebas).
4. Slide, yaitu pergerakan massa dengan cepat melewati bidang peluncur.
5. Subsidence (amblesan), yaitu gerakan ke bawah tanpa permukaan bebas.

Semuanya adalah gejala gerakan massa batuan dan semua gerakan ini terjadi apa bila terdapat gangguan dalam keseimbangan. 

Pencegahan longsor
Untuk mencegah terjadinya tanah longsor, masyarakat diimbau :
· menanam pohon berakar kuat di lereng yang terjal,
· tidak mencetak sawah di bagian atas lereng terjal, 
· tidak memotong lereng terjal di bagian bawah,
· tidak membuat kolam air di lereng bagian atas, terutama dasar kolam yang tidak kedap air, 
· tidak melakukan tindakan yang menimbulkan getaran di lereng terjal,
· tidak menebang pohon di lereng terjal, dan 
· upayakan di lereng bagian atas ditanami tanaman keras, di lereng bagian tengah berupa perkebunan, dan lereng bawah persawahan dan permukiman.
· penyebaran informasi mengenai bahaya longsor, 
· menyampaikan anjuran, dan larangan kepada masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan longsor.  
close