Proses Pelapukan Oleh Kulit Bumi - Geograph88

Proses Pelapukan Oleh Kulit Bumi

Proses Pelapukan Oleh Kulit Bumi
Pelapukan dalam bahasa lain Weathering (Inggris) atau veerweering (Belanda) adalah perusakan kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, dan angin). Weather atau weer artinya cuaca. Ada tiga macam pelapukan, yaitu:

Pelapukan fisis atau mekanis

Pelapukan ini terjadi akibat perbedaan suhu sangat besar antara siang dan malam. Pada waktu siang, terkena panas, batuan mengembang. 

Pada waktu malam, temperatur turun sangat rendah. 

Penurunan temperatur yang sangat cepat menyebabkan batuan menyusut dengan cepat pula. 

Hal itu akan menyebabkan batuan menjadi retak-retak dan akhimya pecah. Lama-kelamaan hancur berkeping-keping.



Gejala seperti ini terdapat di daerah gurun. Di daerah gurun, temperatur siang hari bisa mencapai 60° C. Sedang pada malam hari temperatur turun mencapai -2° C. 

Pergantian temperatur yang cepat dengan perbedaan yang sangat besar, menyebabkan pecahnya batuan di daerah itu. Pelapukan karena suhu atau temperatur disebut juga insolasi.



Di daerah sedang atau daerah batas salju dapat juga terjadi pelapukan fisis. Pori-pori batuan, bisa kemasukan air pada musim panas. 

Pada musim dingin atau malam hari, air pada pori-pori batuan menjadi es. Karena menjadi es, volume bertambah besar. 

Akibatnya batuan akan pecah akibat terdesak oleh es yang ada di daiam pori-pori batuan tersebut. Proses ini terdapat di daerah Alpina.

Pelapukan khemis atau kimiawi


Pelapukan kimia adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang menjadi perantara adalah air, khususnya air hujan. 

Seperti kita ketahui, air hujan atau air tanah selain merupakan senyawa H₂O juga mengandung C0₂ dari udara. 

Karena itu mengandung tenaga melarutkan yang besar Lebih-Iebih jika suhu air tinggi, akan mempercepat pelarutan. Gejala pelarutan akan lebih cepat jika air itu mengenai batuan kapur atau karst. 

Bentuk-bentuk: ponor, doline, uvala, polje, sungai di bawah tanah, stalaktit, tiang-tiang kapur, stalagmit, gua-gua kapur adalah hasil pelapukan khemis di daerah karst. Bentuk-bentuk itu disebut gejala-gejala karst.



Ponor adalah lubang masuknya afiran air ke dalam tanah. Yaitu masuknya air sungai ke dalam tanah pada daerah kapur.



Doline adalah lubang di daerah karst (kapur) yang bentuknya seperti corong.

Ada dua macam doline, yaitu: doline corrosi, doline yang terjadi, karena proses pelarutan batuan disebabkan oleh air. Di dasar doline biasanya terdapat tanah terra rossa, yang warnanya merah
Proses Pelapukan Oleh Kulit Bumi
Bentukkan daerah Karst
Doline yang lain adalah doline terban. Terjadinya karena runtuhnya atap gua kapur

Gejala karst berikutnya adalah pipa-pipa karst atau aventype. Bentuknya seperti pipa. Terjadinya karena larutnya batuan kapur oleh air. 

Karena terjadi oleh proses pelarutan, maka disebut pipa karst corrosi. Jika terjadi karena tanah terban, pipa karst itu disebut pipa karst terban atau yama-type.


Uvala adalah beberapa doline yang sudah makin lebar, akhirnya bergabung menjadi satu sehingga bentuknya seperti telaga. 

Karena itu uvala sering disebut dengan danau karst. Pada musim penghujan, doline dan juga uvala terisi oleh air.



Polje adalah perkembahgan uvala lebih lanjut. Dapat juga terjadi oleh beberapa doline yang cukup luas yang bergabung menjadi satu. 

Karena itu ada yang menyamakan istilah uvala dengan polje. Sungai di bawah tanah, adalah aliran air yang terdapat di dalam tanah Sungai demikian banyak terjadi di daerah karst.



Selain sungai di dalam tanah, di daerah kapur terdapat gua-gua di dalam tanah. Pada gua di dalam tanah, sering kita jumpai stalaktit dan stalakmit. 

Stalaktit adalah endapan kapur yang menggantung pada langit-langit gua. Stalagmit adalah endapan kapur yang terdapat pada lantai gua (di bawah). 

Jika stalaktit dan stalagmit bisa bersambung, maka akan menjadi tiang kapur (pillar).



Di daerah plateau Wonosari (Pegunungan Seribu), gejala karst seperti disebutkan di atas dapat kita temui. Misalnya: doline, uvala, gua di dalam tanah, dan sungai di dalam tanah. Stalaktit, stalakmit bisa kita lihat di Pantai Karangbolong (Kebumen).

Pelapukan organis


Pelapukan ini terjadi akibat proses organis. Misalnya pelapukan batuan karena terkena daun yang membusuk. 

Akar tumbuh-tumbuhan dapat menembus batuan, karena akar mengeluarkan zat yang dapat melarutkan batuan, binatang membuat sarang pada batuan padas. Lama-kelamaan batuan padas menjadi lapuk



Manusia mencari batu gamping untuk bangunan. Batu kali untuk pondasi rumah. Mereka memecah batuan tersebut. 

Contoh-contoh itu pelapukan batuan juga. Karena penyebabnya organisme, maka disebut pelapukan organis. Gambar: disini
close