Infiltrasi dan Faktor Yang Memengaruhinya - Geograph88

Infiltrasi dan Faktor Yang Memengaruhinya

Infiltrasi dan Faktor Yang Memengaruhinya
Apa yang terjadi jika sehelai kain anda celupkan ke dalam wadah berisi air?. Tentu air akan meresap ke dalam kain bukan?. 

Dimanapun di dunia ini, sebagian dari air yang jatuh sebagai hujan dan salju menyusup ke bawah permukaan tanah dan batu atau sering disebut infilttasi. Jumlah infiltrasi sangat tergantung pada sejumlah faktor. 

Infiltrasi curah hujan yang jatuh di wilayah es Greenland mungkin sangat kecil, sedangkan, seperti gambar di bawah menunjukkan dari aliran air menghilang ke sebuah gua di Georgia selatan, AS menunjukkan, sungai dapat bertindak sebagai corong langsung tepat ke dalam tanah!. Baca juga: Pendekatan, prinsip, aspek, konsep geografi
Infiltrasi dan Faktor Yang Memengaruhinya
Aliran Air Tanah Menuju Gua, pic:http://water.usgs.gov/
Beberapa air yang meresap ke dalam akan tetap berada di lapisan tanah dangkal, di mana secara bertahap akan bergerak secara vertikal dan horizontal melalui material tanah di bawah bawah permukaan. 

Beberapa air dapat menyusup lebih dalam, mengisi akuifer air tanah. Jika akuifer cukup berpori untuk memungkinkan air untuk bergerak bebas melalui akuifer, orang bisa mengebor sumur ke dalam akuifer dan menggunakan air untuk berbagai keperluan.

Air dapat melakukan perjalanan jarak jauh atau tetap tersimpan dalam bentuk air tanah untuk waktu yang lama sebelum kembali ke permukaan atau merembes ke badan air lainnya, seperti sungai dan lautan. Lalu apa saja faktor yang memengaruhi besar kecilnya infiltrasi?. Berikut ulasannya.
Infiltrasi dan Faktor Yang Memengaruhinya
Diagram Infiltrasi Air Tanah, pic: http://water.usgs.gov/e
1. Presipitasi: Faktor terbesar yangg mengendalikan infiltrasi adalah jumlah dan karakteristik (intensitas, durasi, dll) dari curah hujan yang jatuh sebagai hujan atau salju.

Curah hujan yang meresap ke dalam tanah sering merembes hingga ke selokan dalam waktu lama, sehingga sungai sering akan terus mengalir ketika tidak hujan untuk waktu yang lama dan di mana tidak ada limpasan langsung dari curah hujan pada kemarau misalnya.

2. Aliran dasar: Untuk berbagai tingkat, air di sungai memiliki aliran berkelanjutan, bahkan selama periode minim hujan. Banyak "aliran dasar" di sungai berasal dari air tanah merembes ke badan atau sisi sungai.

3. Karakter Tanah: Beberapa jenis tanah, seperti tanah liat, lebih sukar menyerap air dibanding tanah berpasir. Tanah yang sukar menyerap air lebih banyak mengalirkan air permukaan hingga menuju sungai.

4. Kejenuhan Tanah: Seperti halnya spon yang penuh air, tanah yang sudah penuh air maka tidak akan mampu lagi menampung air yang jatuh di atasnya. Oleh sebab itu curah hujan akan dialirkan di atas permukaan tanah sebagai run off.

5. Tutupan Lahan: Banyak sedikitnya vegetasi di atas tanah memengaruhi terhadap daya infiltrasi. Tumbuhan dapat memperlambat aliran permukaan lewat akar. Sementara daerah seperti jalan, beton, gedung sulit menyerap air dan banyak mendatangkan banjir. Daerah alamiah lebih cepat dalam menyerap air permukaan.

6. Kemiringan lereng: Daerah yang curam mengalirkan air permukaan lebih cepat sehingga infiltrasi cenderung lambat dibanding daerah yang datar.

7. Evapotranspirasi: Infiltrasi kadang terjadi dekat dengan permukaan tanah dimana akar masih banyak tumbuh. Air ini akan diserap oleh akar untuk pertumbuhan tanaman dan melalui evapotranspirasi air dikembalikan ke atmosfer dalam bentuk uap. Semakin tinggi evaporasitranspirasi maka aliran air ke dalam tanah semakin berkurang.

close