Tidak dipungkiri lagi kegiatan industri saat ini memberikan dampak signifikan bagi lingkungan hidup.
Hubungan antara aktivitas manusia dengan lingkungannya di dalam sistem industri dicoba untuk dipahami oleh para ahli melalui empat paradigma dasar yaitu :
1)paradigma racun, 2) paradigma keseimbangan alam, 3) paradigma entropi, dan 4)paradigma norma lingkungan.
Keempat paradigma dasar tersebut di atas dikembangkan berdasarkan atas pertimbangan berbagai bidang ilmu pengetahuan termasuk dimensi etika politik untuk memahami keterkaitan dan saling ketergantungan antara sistem manusia dengan sistem lingkungan.
1. Paradigma Racun
Paradigma racun memberikan gambaran bahwa manusia tidak jarang menggunakan bahan-bahan yang mengandung unsur-unsur berbahaya dan beracun untuk memenuhi kepentingan dan aktivitas kegiatannya.
Bahan-bahan yang tidak dimanfaatkan secara sempurna menghasilkan sisa-sisa kemudian dibuang ke lingkungan sehingga mengganggu makhluk lain yang ada di lingkungan tersebut.
Paradigma racun kebanyakan dianut oleh para ilmuwan medis, kimia, dan sebagian besar kegiatan manusia pada pertanian dan industri.
Mengatasi permasalahan lingkungan dalam fase paradigma racun ini ditujukan ke arah pembatasan terhadap pemakaian bahan-bahan yang mengandung unsur-unsur yang bersifat racun dan membahayakan lingkungan.
Solusi terakhir tertuju pada proses minimisasi dan peniadaan buangan limbah pada sumber-sumber aktivitas kegiatan manusia dan industri.
Dalam paradigma racun tersebut, para konsumen tekstil di Jepang, Kanada, Amerika dan Eropa melalui pemerintah atau asosiasi perdagangan telah mengeluarkan kebijakan lingkungan dengan memberlakukan standar ekologi tekstil (seperti; ecotex dan oekotex standard) pada setiap produk tekstil yang dipasarkan ke negara-negara tersebut.
Oekotex standard memuat batasan standar kandungan bahan-bahan kimia pada tekstil dan produk tekstil yang dipasarkan ke negara-negara Eropa, Kanada, Jepang dan Amerika.
2. Paradigma Keseimbangan Alam
Paradigma keseimbangan alam memberikan gambaran bahwa aktivitas kegiatan manusia tidak jarang menimbulkan gangguan terhadap kestabilan sistem lingkungan alam.
Argumentasi ilmuwan mengarah pada berbagai pilihan guna melindungi alam dan melestarikan sistem lingkungan alam melalui tindakan konservasi pemanfaatan sumber daya alam dan menerapkan secara ketat nilai ambang batas terhadap ambient yang dihasilkan oleh kegiatan industri tekstil.
Paradigma keseimbangan alam ini umumnya dianut oleh para biolog, klimatolog, dan ekolog atau ahli lingkungan, serta para ahli di bidang pertanian.
Solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan ditujukan ke arah bagaimana cara melindungi dan melestarikan sistem lingkungan alam melalui tindakan-tindakan konservasi dan pemulihan sumber daya alam dan lingkungan.
Tindakan lain yang patut pula di contoh dalam menerapkan paradigma keseimbangan alam tersebut adalah melalui pendekatan kearifan lingkungan yang dilakukan oleh para tokoh adat seperti; tradisi Sasi bagi nelayan Maluku dan Irian atau pemberlakuan Hutan Larangan pada masyarakat Kampung Naga di Tasikmalaya.
Hutan Larangan Masyarakat Kampung Naga |
3. Paradigma Entropi
Paradigma entropi membangun wawasan tentang pemanfaatan sumber daya alam, arus materi dan aliran energi dalam konteks proses transformasi materi dan energi pada suatu proses yang menghasilkan entropi atau limbah.
Setiap proses kegiatan selalu menghasilkan entropi, entropi tersebut dapat berguna bagi lingkungan dan dapat pula membahayakan lingkungan bila kualitas dan kuantitasnya melebihi baku mutu lingkungan.
Paradigma entropi ini umumnya dianut oleh para ilmuwan fisika, ekonomi lingkungan, dan ahli lingkungan, serta para ahli di bidang teknik.
Solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan dalam paradigma entropi ini ditujukan ke arah alternatif pemilihan terhadap pemanfaatan sumber daya manusia yang berkualitas, sumber daya alam dan energi yang berkualitas serta menekan seminimal mungkin entropi yang akan mengganggu lingkungan.
4. Paradigma Norma Lingkungan
Paradigma norma lingkungan membangun wawasan mengenai norma-norma yang disepakati manusia.
Dalam dominasinya, manusia membangun segala kebutuhannya untuk melangsungkan kehidupan sosio-ekonominya, namun kegiatan pembangunan menimbulkan beban kerugian pada makhluk lain yang ada di sekitarnya.
Paradigma norma lingkungan ini umumnya dianut oleh para filsuf, moralis, preservasionis, dan lain sebagainya.
Paradigma ini memberikan solusi untuk menghindari dominasi atau mengurangi beban kerugian terhadap makhluk hidup lainnya dan lingkungan yang secara normatif harus dihormati hak-hak hidupnya.
Sumber:
Modul Diklat SCBD Lingkungan Hidup. 2007.
Geografi SMA Kelas XI. K Wardiyatmoko.