Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perbedaan Temperatur Udara Di Bumi - Geograph88

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perbedaan Temperatur Udara Di Bumi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perbedaan Temperatur Udara Di Bumi
Suhu atau temperatur permukaan bumi berbeda-beda karena banyak faktor. 

Ada suatu daerah yang panas sekali, adapula yang dingin dan ada pula yang sedang-sedang saja. 

Berikut ini faktor penyebab terjadinya perbedaan temperatur di bumi.


Tekanan udara

Tekanan udara-merupakan gava berat yang ditimbulkan oleh bobot udara pada bidang datar seluas 1 cm persegi. Untuk mengukur tekanan udara digunakan alat yang dinamakan barometer.  

Hasil pengukuran tekanan udara dinyatakan dalam satuan Atmosfer (atm) atau Milibar (mb).
1 Atmosfer = 760 mmHg = 1013 mb
Tekanan udara dipengaruhi oleh kerapatan udara itu sendiri. Tekanan udara berubah dan berbeda menurut tempat, ketinggian, dan waktu. 

Tekanan udara akan berkurang sebesar 1 mmHg setiap ketinggian naik 11 m atau tekanan udara akan berkurang sebesar 1 mb setiap ketinggian naik 8 m. Tempat yang mempunyai tekanan udara tinggi disebut daerah tekanan maksimum (+). 

Tempat yang memiliki tekanan udara rendah disebut daerah tekanan minimum (-). Adanya perbedaan tekanan udara inilah yang menyebabkan teijadinya angin.

Kelembapan udara

Kelembapan udara (humidity) adalah jumlah uap air yang dikandung oleh udara pada waktu dan tempat tertentu. 

Semua uap air yang terdapat di atmosfer terjadi karena adanya proses penguapan terhadap badan air di permukaan bumi. Kelembapan udara diukur dengan alat yang dinamakan hygrometer atau psychrometer.



Kelembapan udara dapat dinyatakan dengan beberapa cara berikut.


•    Kelembapan Absolut menyatakan jumlah uap air yang dikandung udara dalam setiap 1 m3 udara (Kelembapan Absolut = gram/1 m3).
•    Kelembapan Spesifik, menyatakan jumlah uap air yang dikandung udara dalam setiap 1 kg udara (Kelembapan Spesifik = gram/1 kg).
•    Kelembapan relatif yaitu perbandingan dalam persen (%) antara jumlah uap yang ada dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung udara pada temperatur yang sama (RH = PA / Ps x 100 %-, RH = kelembapan relatif).



Kelembapan udara relatif yang mencapai 100% disebut udara jenuh. Udara jenuh dapat diperoleh melalui penambahan uap air dan penurunan temperatur.
Awan



Awan merupakan kumpulan partikel air yang melayang-layang di atmosfer. Awan terjadi karena adanya kondensasi (pengembunan) dari uap air yang terdapat di udara karena udara telah jenuh (kelembapan udara relatifnya mencapai 100%). Temperatur dalam keadaan ini dinamakan titik embun. Baca juga: Tipe-tipe delta sungai yang unik



Awan terjadi karena uap air dipaksa naik ke atas dan mengalami penurunan temperatur. Penurunan temperatur tersebut dapat disebabkan oleh:


•    massa udara yang dipaksa mendaki pegunungan;
•    tunmnya temperatur pada sore hari
•    pertemuan massa udara panas dengan massa udara dingin;
•    massa udara naik secara vertikal.


Awan mempunyai berbagai bentuk. Namun demikian, secara umum, bentuk dasar awan terdiri atas tiga jenis, yaitu sirrus, cumulus, dan stratus.



•    Awan Sirrus (Cirrus),yaitu awan tipis halus seperti kapas, biasanya sangat tinggi dan terbentuk dari kristal-kristal es.
•    Awan Kumulus (Cumulus) yaitu awan yang bergumpal-gumpal (bertumpuk-tumpuk) seperti bulu domba.
•    Awan Stratus yaitu awan berlapis-lapis sangat tebal dan berwarna kelabu.

Curah hujan
Akumulasi titik-titik air (awan) yang sudah terlalu berat dan memiliki kandungan air yang cukup tinggi, akhirnya jatuh ke permukaan bumi sebagai presipitasi atau hujan. 

Presipitasi, merupakan semua bentuk curahan yang jatuh ke 4 permukaan bumi seperti curahan air (hujan), hujan batu es atau salju.

Curah hujan yang jatuh di permukaan bumi, jumlahnya berbeda-beda. Perbedaan ini merupakan S hasil akhir dari perpaduan berbagai faktor yang meliputi topografi atau bentuk medan, arah dan  kecepatan angin, arah hadapan lereng, dan  kelembapan udara.

Jumlah curah hujan diamati dan diukur dengan alat penakar hujan (fluviometer). Garis pada peta yang menghubungkan fempat-tempat yang memiliki curah hujan yang sama disebut isohyet.


Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan menjadi hujan orografis, hujan konveksi, hujan frontal, hujan siklon, dan hujan musim.

Hujan konveksi. Hujan yang terjadi karena massa udara yang mengandung uap air naik secara vertikal. Sampai pada ketinggian tertentu, massa udara akan mengalami kondensasi dan terbentuk awan yang akhirnya menurunkan hujan.

Hujan orografis. Hujan yang terjadi karena massa udara yang mengandung uap air menaiki lereng pegunungan. Sampai pada ketinggian tertentu massa udara akan mengalami kondensasi dan terbentuk awan yang akhirnya turun sebagai hujan.

Hujan frontal. Hujan yang terjadi karena pertemuan dua massa udara yang berbeda temperatumya. Akibatnya, terjadi kondensasi dan terbentuk awan yang dapat menurunkan hujan. Hujan frontal ini terjadi di daerah lintang sedang.berikut ini adalah gambar hujan frontal.

Hujan Siklon. Hujan yang terjadi bila massa udara yang mengandung uap air dibawa oleh angin siklon naik sehingga terjadi kondensasi dan terbentuk awan yang akhimya menurunkan hujan.

Hujan Musim. Hujan yang terjadi karena pengaruh angin monsun (musim) dan hanya terjadi setahun sekali.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perbedaan Temperatur Udara Di Bumi
Perbedaan suhu mengubah bentuk hujan

Angin

Atmosfer selalu dalam keadaan bergerak. Gerak atmosfer terhadap permukaan bumi mempunyai dua arah yaitu arah horizontal dan arah vertikal.

Gerak atmosfer arah horizontal dinamakan angin. Adapun gerakan atmosfer arah vertikal dinamakan aliran udara.



Angin terjadi karena perbedaan tekanan antara dua tempat. Hal ini sesuai dengan Hukum Buys Ballot yaitu:

  • Udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi (maksimum) ke daerah bertekanan udara rendah (minimum) 
  • di belahan bumi utara, arah angin akan berbelok ke kanan dan di belahan bumi selatan arah angin akan berbelok ke kiri.   
Nama angin ditentukan berdasarkan dari arah asal angin datang. Misalnya, angin bertiup dari laut disebut angin laut. 

Sebaliknya, angin yang bertiup dari darat disebut angin darat.
Kecepatan angin diukur menggunakan anemometer dan dinyatakan dalam satuan knot/jam (knot = 1 mil/jam = 0,5 meter/detik). 

Kecepatan angin menentukan kekuatan angin. Hal ini sesuai dengan Hukum Stevensen: “Kekuatan angin berbanding lurus dengan gradient barometriknya.” 

Kecepatan angin dipengaruhi oleh gradient barometrik, relief permukaan bumi, ketinggian tempat, dan vegetasi (tumbuhan). 

Untuk menentukan kecepatan angin, digunakan Skala Beaufort. Berdasarkan skala ruang dan waktu, peredaran angin dibedakan menjadi dua golongan yaitu sirkulasi global dan sirkulasi lokal. 


Baca juga:



Gambar: disini
close