Pendidikan
seks di sekolah menjadi wacana hangat dan menuai pro kontra di
kalangan masyarakat.
Saat ini banyak sekali terdengar kasus-kasus
berkaitan dengan pelecehan seks, kekerasan seks hingga penyakit menular
seks khususnya di kalangan remaja.
Sekolah memerankan peranan penting
dalam melaksanakan pendidikan seks yang efektif untuk pertumbuhan anak.
Berbagai studi menunjukkan bahwa pendidikan seks di sekolah sangat
efektif mencegah seorang remaja untuk bereksperimen mengenai seks.
Pendidikan seks juga mendorong remaja untuk memproteksi diri mereka dari
tindakan-tindakan seksual yang tak pantas.
Menurut
WHO, pendidikan seks harus disampaikan pada anak usia 12 tahun ke atas.
Diperkirakan saat ini 34% orang yang terinfeksi HIV berada pada
kelompok usia 12 hingga 19 tahun. Namun di balik itu semua, pendidikan
seks masih menuai pro dan kontra diantaranya:
Pro
-
Pendidikan seks di sekolah dapat membantu anak memahami dampak seks di
kehidupan mereka. Cakrawala mereka akan terbuka dan mitos-mitos
menyesatkan seputar seks dapat dihapuskan dalam pikiran mereka.
- Pendidikan seks juga dapat menjawab pertanyaan yang terbersit dalam benak mereka mengenai tubuh mereka dan perubahan hormon.
-
Anak-anak sangat penasaran sekali tentang hal-hal terkait gender yang
lain. Pendidikan dapat membantu mereka memahami perbedaan dan menjaga
keinginan mereka untuk mengeksplorasi hal-hal berbau seks dengan cara
eksperimen langsung.
- Pendidikan dapat menjauhkan anak dari kejahatan/pelecehan seksual yang akhir-akhir ini sering terjadi.
- Anak-anak akan memahami tentang Penyakit Menular Seks baik dari segi sebab maupun dampaknya.
-
Pendidikan dapat mengubah anak menjadi dewasa dan bertanggung jawab
dalam menjaga kesehatan seksual mereka sampai pada muara akhirnya ia
akan menikmati sendiri kelak (menikah).
Perlukah? |
Kontra
-
Sebagian besar guru yang diberikan tugas mengajarkan pendidikan seks
pada siswa tidak memahami tentang hakikat pendidikan seks itu sendiri.
Ini sangat berbahaya karena dapat membuat siswa salah menerima informasi
dan akhirnya justru perbuatan bodoh yang akan terjadi kemudian hari.
- Siswa masih malu dalam mempelajari materi seks dan pada akhirnya materi pelajaran bisa menjadi bahan ejekan antar siswa.
-
Banyak sekolah yang melaksanakan pendidikan seks dengan model
ekstrakurikuler bukan dalam materi kurikulum inti. Akhirnya banyak siswa
yang tidak tertarik mengikuti.
-
Pendidikan seks di sekolah mungkin bertentangan dengan agama dan
pastinya akan menimbulkan tafsiran yang berbeda dari sisi ilmiah dan
agama sehingga perlu didiskusikan oleh ahlinya masing-masing sebelum
diberlakukan.