Bonus Demografi Indonesia dan Dampaknya - Geograph88

Bonus Demografi Indonesia dan Dampaknya

Bonus Demografi Indonesia dan Dampaknya
Kalian tau berapa jumlah penduduk Indonesia saat ini?.

Menurut data sensus terakhir pada tahun 2010 total penduduk Indonesia adalah jika dibulatkan adalah 237 juta jiwa. 

Angka tersebut bertambah sekitar 20 juta dibanding sensus tahun 2000. Dengan demikian pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,49 persen setiap tahunnya. 

Jika dilihat secara kasat mata maka angka tersebut sejatinya merupakan potensi yang sangat besar bagi pembangunan di Indonesia. Baca juga: Fokus kerja geografer jaman now
Trend Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Akhir-akhir ini muncul istilah "Bonus Demografi" dalam dunia kependudukan Indonesia. Lalu apa yang dimaksud bonus demografi tadi?

Apakah menguntungkan atau merugikan? Mari kita diskusi bersama-sama untuk memecahkan istilah tadi. 

Bonus Demografi merupakan suatu istilah yang menunjukkan sebuah fenomena dimana populasi penduduk suatu negara banyak diisi oleh penduduk usia produktif. 

Dengan dasar itulah pemerintah menganggap hal tersebut merupakan potensi yang luar biasa yang dapat dioptimalkan sepenuhnya bagi peningkatan pembangunan Indonesia khususnya menuju Indonesia Emas di Ulang tahun kemerdekaan ke 100 nanti. 

Namun apakah benar bonus demografi tersebut dapat dikelola dengan maksimal oleh pemerintah sehingga di Ulang Tahun Indonesia ke 100 nanti akan banyak pemimpin-pemimpin baru yang tangguh dan Indonesia menjadi negara yang maju?. 

Kita tentunya harus optimis sebagai pemuda Indonesia agar nanti dapat bahu-membahu mendorong percepatan pembangunan di Indonesia. Baca juga: Ciri wilayah suburban fringe

Akan tetapi ada beberapa hal yang dapat merubah Bonus Demografi tadi menjadi sebuah Bencana Demografi. 

Bagaimana tidak sekarang ini kita lihat berbagai persoalan kependudukan Indonesia begitu kompleks baik dilihat dari sisi kuantitatif maupun kualitatif. 

Dari sisi kuantitatif, penduduk Indonesia tidak tersebar secara merata dan banyak terpusat di Pulau Jawa khususnya kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Jogjakarta. 

Hal ini tentunya akan menyebabkan kutub pertumbuhan penduduk hanya akan berkutat di daerah itu saja. 

Alhasil pesatnya pembangunan hanya akan berada di Jawa sedangkan di daerah lain kurang berkembang. Jadi dari segi kuantitas, penyebaran penduduk Indonesia yang tidak merata merupakan sebuah persoalan yang harus segera dipecahkan. Baca juga: Pengertian pendekatan kewilayahan
Kepadatan Ibukota Jakarta
Dari sisi kualitatif, ini berkaitan dengan mentalitas, karakter dan kompetensi penduduk Indonesia itu sendiri. Mentalitas koruptor, menggunjing, tidak patuh, cari jalan pintas dan lainnya masih melekat dalam diri penduduk Indonesia. Ini tentunya akan menghambat pembangunan itu sendiri. 

Contoh sederhana seperti ini saja, masyarakat Jakarta menginginkan Jakarta bebas banjir lalu gubernur berusaha melakukan perbaikan sungai dan waduk namun mereka tetap buang sampah ke sungai kemudian ketika ada pembongkaran bangunan liar tepi sungai mereka protes bukan main padahal jelas melanggar. 

Ya, sama aja bohong jika sifat penduduk kita masih seperti itu, ingin segala sesuatu instan tanpa proses dan pengorbanan. Ini memang sesuai dengan apa yang ditulis oleh Koentjaraningrat mengenai sifat/mentalitas masyarakat Indonesia. Baca juga: Konsep trickle down effect

Jadi itulah persoalan kompleks yang sedang menghinggapi kependudukan di Indonesia. Sekiranya dunia belum kiamat, masih ada harapan untuk berubah mulai dari diri kita sendiri. 

Tentunya kita ingin melihat penduduk Indonesia memiliki pola pikir seperti negara maju dan tidak selamanya seperti ini. 

Jadi menurut saya ada beberapa hal yang perlu segera dilakukan untuk mengantisipasi bencana demografi ini.

Adanya revolusi karakter penduduk melalui pendidikan yang berkelanjutan dan handal, Ini merupakan tanggung jawab pendidikan Indonesia karena dengan pendidikanlah manusia dapat dibentuk menjadi apa pun. 

Diperlukan guru-guru yang tangguh, handal dan mampu menjadi teladan yang baik baik peserta didiknya. Kesejahteraan guru juga harus memiliki standar agar mereka dapat bekerja dengan maksimal. 

Pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia, percepatan pembangunan di luar Jawa merupakan hal yang menjadi prioritas agar daerah lain tidak tertinggal jauh dari Jawa. 

Pembangunan yang merata tentunya akan menghasilkan kutub-kutub pertumbuhan baru yang nantinya memancing penduduk lain untuk datang dan bekerja. Sehingga tanah impian bukan hanya di Jawa saja melainkan di seluruh pelosok negeri ini.

Program televisi yang mendidik rakyat bukan memberi contoh negatif, tidak dipungkiri lagi TV merupakan salah satu media pembentuk karakter yang paling cepat saat ini selain internet tentunya. 

Kita lihat program-program televisi Indonesia tidak variatif dan hanya menonjolkan sisi bisnis dan jarang sekali yang menunjukkan sisi positif bagai masyarakat. Bandingkan dengan di luar negeri sebut saja BBC, National Geographic Channel dan lainnya. 

Program tersebut memberikan edukasi-edukasi bagi masyarakat mengenai teknologi, science dan ilmu lainnya. 

Beda halnya dengan Indonesia yang dijejali sinetron, lawakan tidak cerdas, berita gosip negatif dan lainnya. 

Ini tentunya harus segera dibenahi jika kita ingin berubah menjadi negara maju. Baca juga: Peta skala kecil, sedang dan besar

Sumber dan Gambar
Badan Pusat Statistik
close