Pada prinsipnya manusia merupakan mahluk paling dominan di permukaan bumi ini sesuai dengan asas "man ecological dominant".
Dominasi manusia dalam lingkungan pada akhirnya akan membawa berbagai dampak bagi keberlanjutan ekosistem.
Dalam berinteraksi dengan lingkungan alam manusia senantiasa untuk dituntut memiliki etika-etika dalam berperilaku bersama lingkungannya.
Dalam ekologi terdapat setidaknya lima teori yang mengatur perilaku manusia dalam mengelola lingkungan hidupnya yaitu:
Dalam ekologi terdapat setidaknya lima teori yang mengatur perilaku manusia dalam mengelola lingkungan hidupnya yaitu:
Baca juga:
Jenis-jenis lingkungan hidup
Pengertian, contoh konsep jarak geografi
1. Teori Antroposentrisme
Teori ini memandang bahwa manusia merupakan pusat utama kekuatan dalam ekologi bahkan alam semesta.
Manusia dengan berbagai kepentingannya dianggap paling menentukkan dalam perubahan tatanan ekosistem dan dalam pengambilan kebijakan terhadap lingkungan hidupnya.
Nilai tertinggi dalam pandangan ini adalah manusia dan kepentingannya sehingga hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian sedangkan mahluk lain selain manusia akan mendapatkan nilai dan perhatikan apabila menunjang terhadap kepentingan manusia.
Pendapat antroposentrisme diperkuat oleh pemikiran Aristoteles dalam bukunya “The Politics” yang menyatakan bahwa “tumbuhan disiapkan untuk kepentingan binatang, dan binatang disediakan untuk kepentingan manusia”.
Penguatan terhadap argumentasi antroposentris ini dapat dilihat pada pemahaman Thomas Aquinas, Rene Descrates dan Immanuel Kant yang menganggap bahwa manusia memiliki kedudukan lebih tinggi dan terhormat dibandingkan dengan makhluk hidup lain karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang bebas dan rasional.
Paradigma antroposentris ini masih berlaku sampai saat ini sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan lingkungan oleh dan untuk kepentingan
manusia.
2. Teori Biosentrisme
Teori ini merupakan penolakan dari Antroposentrisme yaitu bahwa tidak benar manusia yang memiliki nilai, alam juga memiliki nilai tersendiri dan lepas dari kepentingan manusia.
Teori ini menitikberatkan moralitas pada keseluruhan kehidupan, entah pada manusia atau pada makhluk hidup lainnya.
Karena alam bernilai pada dirinya sendiri maka ia harus dilindungi, sehingga diperlukan etika yang berfungsi untuk menuntun manusia agar berperilaku baik guna menjaga dan melindungi alam. Baca juga: Indikator negara maju dan negara berkembang
3. Teori Ekosentrisme
Ekosentrisme memusatkan perhatian kepada seluruh komponen ekosistem baik biotik maupun abiotik.
Oleh karena teori ini melihat adanya saling ketergantungan antar sub-sub sistem dalam ekosistem, maka perhatian dan kewajiban serta tanggung jawab moral manusia tidak hanya tertuju kepada makhluk hidup saja melainkan juga tertuju kepada semua realitas ekologis seperti planet bumi, matahari, tumbuhan dan lain sebagainya.
Paradigma ini ingin menerapkan prinsip gerakan moral etika lingkungan secara nyata, praktis dan komprehensif.
Caranya adalah memahami secara bersama relasi etis yang ada dalam alam semesta ini dengan kearifan terhadap lingkungan (ecological wisdom), mendukung gaya hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan isu lingkungan dalam kancah politik.
4. Teori Ekofeminisme
Feminisme adalah aliran filsafat post modernisme yang dibaca sebagai sebuah filsafat atau teori politik, kritik ideologi, teori sosiologi, studi kebudayaan yang mempersoalkan dan menggugat nilai, norma, prinsip dan klaim moral yang abstrak dan besar yang dianggap berlaku universal. T
eori ini melakukan dekonstruksi dan membangun manusia modern dari cara pandang modern yang didominasi oleh perspektif laki-laki. Perjuangan utama teori feminisme adalah untuk meyakinkan manusia modern bahwa terdapat beragam cara pandang dan cara pikir manusia karena adanya entitas yang berbeda memberikan keragaman nilai dalam hidup.
Kaum pria yang dianggap kuat mendominasi dan mengontrol yang lemah (kaum perempuan), dan dikaitkan antara hubungan manusia (yang kuat) dengan alam (yang lemah) yang akhirnya alam dieksploitasi secara besar-besaran dan rusak.
5. Teori Holistik
Paradigma holistik merupakan pendekatan ekologis yang melihat setiap fakta ilmiah bukanlah fakta murni begitu saja terjadi, akan tetapi fakta tersebut telah mengandung nilai.
Terdapat hubungan yang sangat erat antara benar secara ilmiah dan benar secara moral (nilai). Keseluruhan kenyataan adalah organisme yang meliputi relasi yang sangat dinamis. Menurut Hadi (2000 : 51-52), teori holistik merupakan teori pendekatan yang mampu membimbing manusia kepada keselarasan hubungannya dengan alam agar kerusakan di bumi bisa dicegah.
Manusia hendaknya berpikir dialektis dalam arti bahwa kerusakan alam akan senantiasa berhubungan dengan ulah dan tingkah laku manusia. Baca juga: Masalah kependudukan Indonesia jaman now
Lingkungan Adalah Kita |
Sumber dan Gambar:
Diklat Teknis Pembangunan Daerah. Lingkungan Hidup