Sebagaimana telah kita ketahui, muka bumi bukan merupakan satu lempengan berbentuk bulat.
Muka bumi terdiri atas beberapa lempengan yang saling bergerak relatif dalam berbagai arah. Akibat pergerakan lempeng-lempeng tersebut, maka terjadilah perubahan bentuk muka bumi.
Perubahan bentuk muka bumi dapat terjadi karena aktivitas tektonik atau proses diatropisme.
Pergerakan antara lempeng yang satu dengan Iainnya menghasilkan fenomena yang menakjubkan berupa gunung dan pegunungan, daerah lipatan dan sesar, lembah, dan lain-lain.
Perubahan tersebut terjadi karena adanya aktivitas pergerakan lempeng yang saling menumbuk, menjauh, dan saling bergesekan.
Dilihat dari kecepatan gerak dan ukuran muka bumi yang terkena efeknya, diatropisme dapat dibedakan menjadi orogenesa dan epirogenesa.
Sementara itu dilihat dari bentuk hasilnya, diatropisme dapat dibedakan menjadi sesar, lipatan, dan rekahan.
Orogenesa berarti proses pembentukan pegunungan. Proses tersebut teijadi akibat adanya gerakan-gerakan kerak bumi (lempeng litosfer) yang saling mendekat dan bertumbukan satu sama lain.
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, akibat proses tumbukan dua buah lempeng litosfer ini maka pada zone sepanjang sisi tumbukannya akan terbentuk jalur pegunungan lipatan dan pegunungan patahan. Misalnya, rangkaian pegunungan lipatan Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania.
Patahan Sumatera |
Dilihat dari kecepatan gerakan tektoniknya dan Iuas areal terbentuknya, proses orogenesa relatif cepat dibandingkan dengan proses epirogenesa.
Tentunya ukuran kecepatan di sini tidak dapat menggunakan ukuran usia manusia, karena proses pembentukan pegunungan (orogenesa) dapat memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun lamanya.
Adapun epirogenesa adalah proses penurunan atau penaikan benua (kontinen) yang nantinya akan berdampak dan akan memakan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan proses orogenesa.
Salah satu contoh dari peristiwa epirogenesa akan menjadi benua-benua seperti yang ada sampai detik ini. Sebagaimana juga yang telah dijelaskan oleh ilmuwan dulu dan juga menurut para ahli geologi bahwa lebih dari 200 juta tahun lalu pada planet bumi kita ini cuma ada satu benua tanpa pecah yaitu yang disebut Pangaea.
Karena adanya tenaga tektonik, Pangaea terpecah perlahan-lahan menjadi Benua Laurasia dan Gondwana yang dipisahkan oleh lautan yang disebut Tethys.
Kemudian, Benua Gondwana pernah mengalami penurunan sehingga tenggelam di bawah permukaan laut dan menjadi dasar samudra Hindia.
Sesar (faults)
Sesar atau sering pula disebut patahan adalah suatu rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran.
Akibatnya, teijadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan, baik secara vertikal maupun horizontal.
Jika rekahan tersebut tidak menimbulkan pergeseran, maka tidak dikatakan sebagai sesar. Jarak pergeseran dapat mencapai beberapa sentimeter saja sampai ratusan kilometer. Dilihat dari bagian-bagiannya, sebuah sesar terdiri atas beberapa bagian berikut.
- Gawir yang merupakan bidang atau sisa dari suatu bidang rekahan. Gawir tersebut dinamakan gawir sesar.
- Bidang sesar adalah bidang rekahan pada sesar.
- Garis sesar (fault line) adalah perpotongan bidang sesar dengan permukaan tanah.
- Atap sesar (hangingwall) adalah bongkah patahan yang berada di bagian atas bidang sesar.
- Alas sesar (footwall) adalah bongkah yang berada di bagian bawah bidang sesar.
Sesar dapat dibedakan antara satu dengan lainnya. Berdasarkan arah pergeserannya, sesar dapat dibedakan atas sesar normal atau sesar turun, sesar naik dan sesar mendatar.
Sesar normal (normal fault) terbentuk karena atap sesar bergeser relatif turun terhadap alas sesar.
Sudut yang dibentuk dari penurunan tersebut mencapai 45° atau lebih. Beberapa sifat atau ciri penting dari sesar ini adalah adalah:
1. adanya bidang-bidang garis gores sebagal hasil dari proses pensesaran;
2. kemiringan lereng yang terbentuk cukup besar yaitu antara 45°-70°;
3. karena kemiringannya yang besar, maka mudah terpengaruh oleh longsoran;
4. biasanya dijumpai sebagai sesar-sesar yang berpasangan.
Contoh sesar turun antara lain adalah Sesar Semangko di Sumatera, Lembah Rhein (Eropa), dan Lembah Curam Afrika Timur (Afrika).
Sesar naik (reverse fault) terbentuk ketika atap sesar bergeser relatif ke atas terhadap alas sesar.
Berbeda dengan sesar normal, sesar naik memiliki kemiringan bidang sesar kurang dari 45°, bahkan kemiringannya bisa kurang dari 30°. Sesar normal yang memiliki kemiringan bidang sesar kurang dari 30° disebut thrust fault.
Tipe patahan kulit bumi |
Sesar mendatar/sesar jurus mendatar (strike slip faults) adalah sesar yang memiliki arah gerakan dominan horizontal.
Walaupun demikian, tidak berarti seluruhnya adalah mendatar, dalam jumlah terbatas juga terdapat gerak vertikal. Contoh sesar mendatar yang terkenal adalah Sesar San Andreas di Amerika Serikat.
Bagaimanakah cara menentukan ada tidaknya gejala pensesaran di lapangan? Dalam menentukan ada atau tidaknya gejala pensesaran di lapangan ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai petunjuk, yaitu sebagai berikut:
a. Karena adanya pergeseran bidang sesar maka akan ditemui gejala suatu lapisan yang terputus atau seperti hilang. Lapisan yang hilang tersebut akan terlihat bersambung pada bagian lainnya.
b. Fenomena yang mudah dilihat antara lain adalah adanya gawir sesar, pembelokan sungai yang tiba-tiba, adanya jalur jalan yang hancur, dan perbedaan vegetasi pada bagian yang berhadapan.
c. Walaupun tidak selalu, gejala berupa air terjun dapat pula menjadi petunjuk adanya sesar. Adanya pergeseran (naik/turun) pada bidang sesar dapat menyebabkan sungai yang tadinya normal tiba-tiba turun sebagai air terjun.
d. Adanya goresan pada pada bidang sesar akibat gesekan pada proses penurunan atau penaikan.