Pernahkah kalian pergi ke wilayah pesisir atau pantai dan melihat pohon yang akarnya menggantung?. Itulah mangrove atau bakau.
Mangrove adalah salah satu ekosistem khas wilayah tropis seperti Indonesia. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan
yang toleran terhadap air asin yang terdapat di daerah pasang surut
(intertidal) tropis dan sub tropis.
Di seluruh dunia ekosistem hutan mangrove
terdiri dari ± 60 spesies pohon dan perdu serta lebih dari 20 spesies flora
tambahan yang biasanya tumbuh bersamaan dengan hutan mangrove seperti pohon
Nipah.
Mangrove |
Hutan Mangrove juga merupakan habitat
lebih dari 2000 spesies ikan yang hidupnya bergantung pada habitat ini,
invertebrata dan tumbuhan epifit, termasuk juga burung-burung ular dan monyet.
Di Indonesia terdapat 38 spesies pohon mangrove asli yang merupakan salah satu
wilayah hutan mangrove paling beragam di dunia.
Hutan mangrove memiliki
keragaman struktural yang sangat besar dengan ketinggiannya bervariasi mulai
dari beberapa meter hingga 10 meter serta variasi distribusi spesies di dalam
hutan yang juga mempengaruhi kerapatan tajuk.
Zonasi Tanaman Hutan Mangrove |
Distribusi horizontal spesies
mangrove sangat bergantung pada ketersediaan air dan sangat dipengaruhi oleh
kondisi banjir pasang, hujan lebat dan evapotranspirasi. Hutan mangrove juga
membutuhkan pasokan hara yang cukup dan substrat yang stabil.
Hutan mangrove
sangat produktif menghasilkan dedaunan, diperkirakan setiap satu hektar hutan
mangrove dapat menghasilkan lebih dari 23 ton per tahun berupa sampah daun,
bunga dan ranting yang rontok diterpa angin.
Hal ini merupakan sumber bahan
organik penting yang menjadi sumber energi dan mineral bagi rantai makanan
akuatik. Di beberapa daerah transmigrasi (seperti di Sumatera Selatan),
drainase dari hutan rawa, konstruksi kanal untuk transportasi, dan migrasi
spontan ke daerah nibong dan nipah di pinggiran hutan mangrove menyebabkan
perubahan distribusi spesies hutan mangrove dan perubahan kondisi hidrologis di
hutan mangrove itu sendiri (ingat bahwa spesies hutan mangrove memerlukan
keseimbangan khusus antara air asin/tawar dan tingkat penggenangan.).
Salah satu masalah potensial penting
sehubungan dengan konversi mangrove adalah hilangnya habitat untuk perkembangan
ikan dan udang, yang bergantungpada hutan mangrove untuk mendapatkan naungan
dan makanan pada awal pertumbuhannya.
Dari hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan positif antara kondisi habitat mangrove dengan stok biomas udang di
lepas pantai.
Jika habitat perkembangbiakannya hilang, maka akan terjadi
penurunan populasi spesies yang memiliki nilai ekonomi penting ini di perairan
lokal maupun perairan lepas pantai. Masalah ini dapat menjadi lebih buruk oleh
tingkat eksploitasi spesies tersebut secara berlebihan.
Hutan Mangrove Tepi Pantai |
Kehidupan di bawah perairan mangrove |
Beberapa penelitian menemukan adanya
kepunahan spesies hutan mangrove di beberapa bagian pulau Jawa. Terdapat
indikasi yang jelas bahwa kepunahan spesies ini terjadi di beberapa bagian
dunia dimana konversi hutan mangrove terjadi secara besar-besaran.
Sejalan
dengan hilangnya spesies hutan mangrove, kemungkinan juga terjadi penurunan
spesies binatang yang hidupnya bergantung pada kondisi spesifik hutan mangrove.
Salah satu masalahnya adalah karena kegiatan komersial berskala besar (seperti tambak)
dimiliki oleh tuan-tuan tanah yang hanya tertarik untuk memperoleh keuntungan
ekonomi setinggi-tingginya dalam waktu singkat tanpa memikirkan keseimbangan
alam yang sensitif di dalam hutan mangrove.
Sumber dan Gambar:
Modul Diklat Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah.