Iqra Sebagai Landasan Pembelajaran Saintifik - Geograph88

Iqra Sebagai Landasan Pembelajaran Saintifik

Iqra Sebagai Landasan Pembelajaran Saintifik
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi siswa yang pada akhirnya akan memiliki kecakapan hidup atau life skill. 

Setiap individu akan mengalami kehidupan yang sehat mentalnya bila menuntaskan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan usianya. 

Salah satu tugas perkembangan yang sejak usia dini harus diketahui oleh individu adalah pemahaman akan konsep-konsep sederhana tentang fenomena alam dan fenomena sosial. 

Implikasi dari tugas dan perkembangan ini terhadap pendidikan adalah bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan perlu disusun sebuah struktur kurikulum yang muatannya dapat memfasilitasi perkembangan kemampuan anak untuk memahami kehidupan sosial dan alam dimana ia tinggal.

Sekolah di Indonesia perlu mengembangkan kurikulum yang mampu membuat anak menjadi ketagihan belajar (addicted learning).

Indonesia telah mengalami berbagai macam perubahan kurikulum pendidikan dari masa ke masa karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat. 

Metode-metode pembelajaran dan desain materi pelajaran di sekolah-sekolah semakin bervariasi dari waktu ke waktu. Saat ini kurikulum pendidikan di Indonesia memakai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum Nasional (2013) sebagai penyempurnaan dari KTSP. 

Kurikulum Nasional dirancang dengan menggunakan Pendekatan Saintifik dalam proses pembelajarannya sehingga siswa diarahkan untuk menemukan sendiri (inquiry) permasalahan dan solusi dari masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka. 

Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran, siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam masalah. 

Siswa bukan lagi dianggap sebagai mahluk kosong yang siap diisi materi-materi yang berasal dari guru sebagai penyampai ilmu. Dalam hal ini ada perubahan dari paradigma teacher centered menuju student centered. Peranan guru dalam pembelajaran sejatinya adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. 

Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan di kelas dan dipecahkan bersama-sama. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa untuk memecahkan masalah tersebut.



Pembelajaran saintifik sebenarnya sudah menjadi dasar filosofi pembelajaran dalam Islam sejak malaikat Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW. Metode inilah yang sebenarnya menjadi rahasia munculnya cendekiawan-cendekiawan muslim terkemuka pada abad pertengahan seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Al-Biruni dan masih banyak lainnya. 

Hakikat pembelajaran pada dasarnya adalah “iqra”. Iqra merupakan suatu perintah (wahyu) yang disampaikan Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Jibril kala itu mengatakan kata “iqra” kepada Nabi Muhammad SAW sebanyak empat kali. Jika ditelaah secara mendalam maka empat kata “iqra” yang disampaikan Jibril menandakan suatu tingkatan cara memperoleh ilmu atau pengetahuan. 

1.    Iqra yang pertama adalah How to read?
Iqra yang pertama ini adalah tahapan pertama dari dimulainya pencarian ilmu pengetahuan. Dalam pembelajaran maka manusia akan mencari hal/fenomena apa yang harus dipecahkan. Proses ini berawal dari mengamati objek-objek di lingkungan sekitar menggunakan panca indera.

2.    Iqra yang kedua adalah How to learn?
Iqra yang kedua adalah bagaimana pendekatan kita dalam melihat objek/gejala/fenomena tersebut dari berbagai disiplin ilmu. Disinilah dibutuhkan literasi yang kuat untuk menunjang berbagai macam pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.

3.    Iqra yang ketiga adalah How to understand?
Iqra yang ketiga menggambarkan bagaimana manusia memahami  lebih dalam tentang fenomena/objek di alam semesta ini sehingga nantinya muncullah kesimpulan-kesimpulan yang berasal dari penalaran akal dan logika manusia.

4.    Iqra yang keempat adalah How to meditate?
Iqra yang terakhir adalah tahapan tertinggi dari pembelajaran yaitu bagaimana menghayati atau merenungi keberadaan objek/fenomena di alam semesta sebagai bagian dari anugerah Allah SWT. Semua pencapaian dari pembelajaran tidak lain adalah untuk kembali kepada Allah SWT sebagai pemilik ilmu.

Kesimpulannya adalah pembelajaran saintifik pada dasarnya sudah ada sejak Quran diturunkan pertama kali. Kurikulum 2013 atau Kurikulum Nasional yang berlandaskan pendekatan saintifik sangat baik sekali dalam upaya peningkatan proses pembelajaran di Indonesia. 

Hal yang harus diperhatikan adalah semua tenaga pendidik dan siswa harus memahami dengan benar tentang empat tingkatan “iqra” dalam proses pembelajaran. Tanpa memahami konsep tersebut maka hasil dari pembelajaran nantinya adalah manusia-manusia pintar tapi brengsek kelakuannya seperti korupsi, penipuan, penggelapan dana dan lainnya. 

Maka dari itu siswa-siswi GIBS perlu memahami dengan benar tentang makna “iqra” yang sebenarnya dalam kegiatan pembelajaran agar nantinya mereka menjadi manusia-manusia yang tangguh secara fisik dan mental.

Gambar:
close